Industri hiburan termasuk salah satu sektor yang paling terdampak, dari adanya pandemi COVID-19. Setelah beberapa bulan berlalu, industri ini akhirnya sudah mulai bisa beradaptasi agar bisa tetap bertahan.
Beberapa acara yang biasanya digelar secara offline, kini dilaksanakan secara online. Maka dari itu, para pelaku industri hiburan harus menghadapi kenyataan baru di bidang ekonomi. Lantaran acara digelar secara virtual, jumlah pendapatan pun berkurang.
Kita harus menghadapi realitas baru mengecilnya skala ekonomi di digital. Misalnya konser, dulu konser band papan atas tiketnya VIP bisa Rp 1 sampai 2 juta. Sementara di online, tentu orang enggak mau bayar segitu, ucap Dadi Krismatono, Director, Media, dan Event Eventori, dalam Webinar Temu Tema: Industri Kreatif vs Perubahan Dunia yang diselenggarakan oleh Klobility, Kamis (26/11).
Selain dibanderol dengan harga yang terjangkau, beberapa hasil dari diselenggarakannya acara virtual pun didonasikan. Situasi dan kondisi seperti ini memaksa para pelaku industri hiburan harus menerima realita yang ada.
Ini yang harus kita hadapi bahwa skala yang selama ini kita hadapi mengecil. Bahkan, dalam online konser ada yang tidak menggunakan tiket dan menggunakan donasi. Rp 150 ribu saja mungkin terasa mahal nonton konser online. Tapi, kalau dibilangnya donasi untuk para pekerja, apalagi pekerja event itu rentan sekali, ujar Dadi.
Pekerjaan freelance sangat bergantung pada proyek dan proyeknya selesai karena pandemi ini. Realitas baru itu yang kita juga gagap menghadapinya, karena semua orang masih bilang konser, event tidak tergantikan. Tapi, kita mencoba mau tidak mau realistis dari transformasi digital itu apa, sambungnya.
Meski begitu, ada hal positif yang bisa diambil dari adanya penyelenggaraan acara secara online. Uang pun tak lagi menjadi hal utama yang diperbincangkan.
Mental kolaborasi kita jadi terasah. Di masa kritis seperti ini enggak bisa di depan sudah ngomong duit. Pokoknya, kita duduk dulu deh, duduknya online, ayo kita brainstorm. Uang biasanya belakangan dan lebih kompromi, beber Dadi.
Adaptasi yang harus dilakukan oleh para pelaku industri hiburan adalah mencoba untuk lebih kolaboratif. Apabila tidak menerapkan hal tersebut, dikhawatirkan akan tenggelam.
Pelajaran dari pandemi, sikap kolaborasinya tumbuh dan kita tahu juga yang enggak begitu, pasti tersingkir. Industri hiburan ini musti selamat, karena keterlibatan orangnya banyak. Tapi, dalam struktur yang sangat rentaan yaitu freelance, itu yang saya kepikiran, tutur Dadi.
Dalam kondisi normal, biasanya pelaku industri hiburan mencari tenaga freelance yang paling murah. Tapi, di kondisi seperti sekarang, rasa solidaritas pun muncul.
Bagaimana pun tetap ada sikap kolaborasi, tetap ada hitung-hitungan. Tapi, kita enggak bisa saklek-saklekan di masa ini, yang penting secara industri bisa bertahan. Karena skala menurun, hitungannya beda dari saat normal, pungkas Dadi.
Selain Dadi Krismatono, pelaku industri hiburan yang juga menjadi pembicara di Webinar Temu Tema: Industri Kreatif vs Perubahan Dunia, yang diselenggarakan oleh Klobility yaitu Sutradara dan Produser Garin Nugroho, serta Founder dan CEO KopiPanas, BEONWorks DanielGABE.