Album Baru SORE “Quo Vadis, SORE?” Itu Megah, Tapi...

Album Baru SORE “Quo Vadis, SORE?” Itu Megah, Tapi...

Posted: Feb 24, 2023

Album terbaru SORE, "Quo Vadis, SORE?" itu megah. selain beberapa track yang spesial, gue merasa ada hal yang bikin album ini belum bisa ngalahin album sebelum-sebelumnya

Welcome to Honest Review. Today I wanna review the latest album from SORE, “Quo Vadis, SORE?”. Here we go!

Okidoki, kalau kita dengar musiknya SORE tuh langsung terbayang skenario: Duduk santai di teras rumah dan nggak ngapa-ngapain sambil dengerin lagu mereka lewat plat. Jangan lupa teh manis atau kopi. Karena musiknya sesantai itu untuk didengerin. Btw, ini cuma khayalan skenario aja ya!

Apa yang gue rasakan waktu denger album “Quo Vadis, SORE?” pun begitu. Di album keempatnya ini gue masih bisa ngerasain SORE dengan sentuhan “Paloh’s Pop”. Tapi, dengan sentuhan-sentuhan magis yang nggak gue habis pikir sih. 

Judul Album yang ‘Kayaknya’ Relate Sama Kondisi Mereka

After dengar album ini secara runut, gue ngerasa kalau SORE sedang mengambang. Mengambang di sini tuh kayak semacam lagi mencari the new formula. Sepeninggal Mondo Gascaro yang bisa dibilang penyumbang ‘warna’ terbanyak setelah Ade Paloh, SORE kayak lagi create something new

Album “Los Skut Leboys” lebih terasa ‘gelap’ dibanding album-album sebelumnya. Gue merasa album “Quo Vadis, SORE” ini akan seperti “Los Skut Leboys”. Ternyata beda juga. But, album ini much much better than “Los Skut Leboys” I think.

Tiba-tiba Reggae di Track “Meraki”

If you wanna hear SORE playing Reggae, listen to “Meraki”. To be honest gue kaget waktu denger track “Meraki” ini. Karena nggak kebayang Ade Paloh cs bermain dengan musik reggae lengkap dengan brass section haha. Tapi tetep dengan vokal Ade Paloh yang mendayu. Hmm, Soreggae or Paloh-Reggae? 

Secara konsep, gue suka karena mereka cukup berani eksplorasi di track ini tanpa menghilangkan nuansa SORE. Membuktikan pengalaman dan jam terbang mereka.

Megahnya “Alakah”

Jujur, track ini dapet banget megahnya. Kolaborasi sama Iga Massardi, Romantic Echoes dan Sigit Pramudita ini diwarnai dengan string section. Hahaha ini gue lebih merasa mendengar “Paloh’s Pop”. Mendayu, agak ‘nyeret’, dan progresi chord yang ngingetin gue sama “400 Elegi” mereka. Kesan grande kuat banget di lagu ini. Ditambah dengan penggunaan birama 5/4 (CMIIW) yang bikin lagu ini beyond. Two thumbs up for this! 

Gimana dengan Track Lain?

Rilis dengan 14 lagu, SORE berhasil memberikan kesan yang “SORE Banget” di album ini. “Real, Is It”“Rosa”, “Asmaraloka” dan “If I Ever Go Away”, dan all of the track mampu di-present dengan baik oleh SORE. 

Dengan album yang kayak gini, gue ngerasa “Quo Vadis, SORE?” masih belum bisa jadi yang terbaik di antara album-album mereka sebelumnya. But, gue bisa bilang mungkin ini akan jadi yang terbaik di tahun ini. Meskipun SORE agak habis bensin, gue masih bisa nikmatin ini sambil senyum dan geleng-geleng kepala kok!

But sorry to say, tampaknya album “Quo Vadis, SORE?” cocok jadi album penutup SORE dengan segala kebingungan dan pertanyaan di album ini. Wdyt?

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:Made For You,Honest Review,SORE,Quo Vadis
SHARE
Recommendation Article