Dalam memperingati Hari Anak Sedunia, Eventori ingin mengulas sebenarnya apa saja yang harus disiapkan jika anak ingin bekerja di Industri hiburan. Baik dari segi orang tua maupun sisi produksi. Mulai dari tantangan, hingga potensi.
Untuk mengetahui lebih dalam Eventori telah melakukan wawancara eksklusif dengan tiga orang yang berhadapan langsung dengan anak-anak di industri hiburan, mereka adalah Andri Gustriandi Manajer dari boygroup cilik Calixto, Bony Wirasmono sutradara dari Film Nussa, dan Anggia Kharisma Produser film Nussa, Chief Content and Strategy Visinema Pictures, sekaligus Lead Visinema Kids and Family.
Tantangan yang dihadapi.
Hal pertama yang perlu kita pahami adalah apa saja tantangan yang dihadapi, ketika seorang anak terjun ke dalam industri hiburan, yang paling utama menurut Andri Gustriandi adalah tidak memaksakan sesuatu yang bukan minat dan bakat dari anak itu sendiri.
“Bekerja di industri hiburan khususnya untuk anak-anak yang paling utama adalah tidak memaksakan anak harus menjadi suatu yang bukan minat dan bakatnya,” jelas Andri.
Andri kemudian menambahkan bahwa seorang anak terutama Gen Z itu lebih kritis, sehingga perlu usaha lebih untuk meyakinkan mereka.
“Tantangan terberat saat ini gap generation kali yah, mereka di era generation Z yang lebih kritis, jika ada sesuatu yang dirasa belum 'Firm' di mata mereka, pastinya mereka harus dikasih insight dulu baru bisa paham,” ungkap Andri Gustriandi.
Hal lain yang juga berat menurutnya adalah tentang bagaimana menjaga pergaulan seorang anak, terutama mereka yang masih di bawah umur di industri hiburan ini.
“Terus yang paling berat juga dijaga adalah Youth Protection, karena mereka masih under age, belum dapat KTP istilahnya, suka rada was-was sendiri kalau mereka gaul di lingkungan yang kurang baik di usia mereka,” sambungnya.
Jika melihat dari sisi lain, Bony Wirasmono mengungkapkan salah satu tantangannya adalah bagaimana dirinya, beserta seluruh kru dapat membangun suasana yang menyenangkan.
“Adapun yang membedakan adalah suasana yang dibangun perlu lebih menyenangkan dan perbedaan dalam jam terbang atau pengalaman dari mereka. Live acting maupun voice acting, keduanya membutuhkan pengalaman,” ungkap Bony.
Potensi yang dimiliki oleh anak di industri hiburan.
Jika tantangan tersebut dapat dilalui dan diatasi, hal selanjutnya adalah melihat bagaimana potensi dari anak yang bekerja di industri hiburan,Bony menjelaskan bahwa jika dibandingkan orang dewasa anak-anak memiliki kemampuan imajinasi yang cenderung lebih baik, sehingga akan membantunya dalam mengeksplorasi dan mendapatkan hasil yang natural.
“Orang dewasa pandai dalam improvisasi, sedangkan anak-anak bagus dalam imajinasi. Sehingga ketika kita minta mereka untuk akting/berandai, orang dewasa akan menggunakan ilmu dan pengalamannya, dan anak-anak akan menggunakan eksplorasi dunia fantasinya, sehingga hasilnya natural,” ungkap Bony.
Sedangkan menurut Anggia Kharisma, hal lain yang membuat anak-anak begitu penting di industri hiburan adalah bagaimana mereka dapat mengubah suasana hati di lingkungan kerja, menjadi suasana yang menyenangkan.
“Kalau ditanya mood atau nggak, I think semua orang punya mood, kita saja punya mood, mereka juga pasti punya mood, dan mereka gampang banget change situasinya dengan happy feelings,” ungkap Anggia.
Anggia pun menambahkan, hal tersebutlah yang terkadang membuat orang dewasa sadar bahwa mereka pernah menjadi anak-anak, hingga akhirnya ikut terbawa senang dengan kebahagiaan anak-anak di lingkungan kerja.
“Jadi waktu mereka happy malah kita nih si orang dewasa yang lupa kalau kita pernah jadi anak-anak malah ke boost happiness-nya,” sambungnya penuh semangat.
Persiapan yang harus dilakukan.
Setelah mengetahui tantangan, serta potensi, lantas apa yang perlu dipersiapkan jika ingin membuat anak bekerja di industri hiburan? Salah satu yang terpenting menurut Andri adalah menanyakan kembali kepada anak, apakah mereka senang bekerja di industri tersebut.
“Jadi yang harus disiapkan khususnya orang tua, tanyakan anaknya dahulu sih. Are you really happy and fun? Kalau terjun di dunia showbiz ini. Kalau bakat bisa dilatih tapi kalau hatinya terpaksa kasihan ya,” ungkap Andri.
Lalu jika melihat dari segi produksi, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan jika ingin menggandeng seorang anak kecil. Salah satunya adalah memperhatikan jam kerja, dimana seorang anak yang memang bukan kewajibannya untuk bekerja, perlu diberikan waktu yang cukup untuk mereka dapat beristirahat.
“Kalau dari jam bekerja, kita beneran kasih slot, maksudnya nggak bisa seharian penuh, mungkin cuma delapan jam tapi ada istirahatnya dua kali, terus pertama nggak harus vocal acting dulu, dipanasin dulu ada warm up-nya dulu,” jelas Anggia.
Menurut Bony hal lain yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana sikap kita untuk menjaga suasana hati dari anak-anak tersebut, bagaimana kru harus ramah, dan bagaimana tempat kerja dibentuk agar nyaman untuk anak-anak.
“Hal yang perlu disiapkan adalah sikap kita untuk bisa menjaga kestabilan mood dari anak–anak. Selain itu, suasana studio juga perlu disesuaikan agar anak-anak dapat merasa betah dan nyaman, contohnya seperti, kru yg friendly, adanya area bermain, dan juga snack,” jelas Bony.
Setuju dengan pernyataan tersebut, Anggia juga mengungkapkan bahwa dalam proses produksi yang melibatkan anak, perlu rasanya untuk mempersiapkan tempat mereka bermain, untuk mereka melepas penat ketika bosan bekerja.
“Disediakan playground buat anak-anak, jadi kalau mereka sudah capek, sudah bosan, mereka punya rutinitas yang bisa mereka pilih,” ungkap Anggia.
Anak kecil memang memiliki banyak potensi, namun ego orang tua jangan sampai menjadi bumerang untuk anak sendiri. Tanyakan kembali apa yang mereka sukai, jangan lupa juga untuk memberikan waktu dan tempat mereka untuk bermain. Karena di usia mereka, bekerja bukanlah sesuatu yang harus mereka tanggung.