Angga Yunanda Berat Mainkan Film Berlatar Keluarga Kompleks, ''Cinta Pertama, Kedua & Ketiga''

Angga Yunanda Berat Mainkan Film Berlatar Keluarga Kompleks, ''Cinta Pertama, Kedua & Ketiga''

Posted: Jan 22, 2022

Sutradara Gina S. Noer kembali menunjukan bakatnya dalam membuat sebuah cerita yang indah namun menyayat hati, dengan merilis film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga yang akan tayang pada 6 Januari 2022, sebuah film dengan judul yang cukup membuat tanya, namun sangat bermakna ketika telah usai menontonnya.

Sutradara Gina S. Noer kembali menunjukan bakatnya dalam membuat sebuah cerita yang indah namun menyayat hati, dengan merilis film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga yang akan tayang pada 6 Januari 2022, sebuah film dengan judul yang cukup membuat tanya, namun sangat bermakna ketika telah usai menontonnya.

Sebagai salah satu pemeran dari film ini Angga Yunanda, yang sebelumnya juga pernah bermain di film Gina sebelumnya yaitu Dua Garis Biru menjelaskan bahwa film ini sungguh berat untuk dirinya, namun tetap membuatnya bersyukur juga karena dapat belajar banyak dari para senior berpengalaman diantaranya adalah Putri Marino, Slamet Rahardjo, Ira Wibowo, Elly D. Luthan, Widi Mulia, Ersa Mayori, Asri Welas.

“Ini salah satu film yang sangat berat sih buat aku, aku bersyukur banget bisa bekerjasama lagi dengan Kak Gina S. Noer, Pak Parwez, Mas Salman, dan pemain-pemain yang lain juga, karena banyak belajar disini seperti yang dilihat tadi saat menonton aku menjadi yang paling bontot, di lokasi juga paling kecil diantara semua orang. Jadi lebih banyak mendengarkan karena banyak banget pengalaman-pengalaman yang dimiliki sesepuh-sesepuh kita,” jelas Angga diiringi gelak tawa para pemain.

Walaupun gelak tawa dan canda menghiasi jumpa pers film Cinta Pertama, Kedua, & Ketiga ini. Namun layaknya keluarga, pada kesempatan tersebut juga sempat terlihat isak tangisan, serta hangat saling menenangkan diantara para pemain.

Memang sebuah pemandangan yang cukup menggambarkan film yang kompleks ini, Gina sendiri menjelaskan bahwa film ini mengangkat sebuah cerita yang sudah umum dikenal sehari-hari, permasalahan yang sangat dekat, bahkan cukup dekat hingga masuk ke dalam rumah setiap insan, yaitu permasalahan keluarga yang dikemas dengan apik dan teratur.

“Permasalahan yang sebenarnya sudah umum kita kenal sehari-hari, seperti masalah siapa yang mengurus orang tua kita, bagaimana kita harus bertahan disaat pandemi yang menguji kita semua dengan masalah ekonomi. Pandemi ini memberikan ruang reflektif kita bersama bahwa kita semua manusia merdeka, punya cinta dan selalu punya harapan, kesempatan untuk mencintai lebih baik lagi,” jelas Gina.

Gina juga menambahkan bahwa film ini sangatlah personal untuk dirinya, seorang anak dari ayah yang terkena penyakit alzheimer, sebuah penyakit yang membuat kita berpikir tentang betapa sempitnya waktu serta memori yang tak bertahan selamanya. Sulitnya menjadi dewasa dan sulitnya menjadi tua dan mudah lupa.

it’s kinda personal juga karena bapak saya juga (memiliki penyakit) alzheimer, pikun gitu. Menarik sih betapa sempitnya waktu dan betapa memori yang kita pikir akan punya selamanya ternyata bisa dilupakan, ini adalah komplikasi antara bagaimana sulitnya mendewasa tapi betapa sulitnya juga menua,” tambah Gina.

Gina kemudian menutup dengan mengucapkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki beban masing-masing, melalui film ini dirinya ingin berusaha menangkap berbagai komplikasi yang terjadi.

“Ketika kita menjadi sebuah keluarga, sebenarnya setiap orang yang menjadi anggota keluarga itu punya beban masalah masing-masing dan film ini berusaha menangkap komplikasi itu,” pungkas Gina.

Gina S. Noer sekali lagi mampu menyuguhkan sebuah sajian yang dekat, hangat, dan mudah sekali membuat merefleksi segala permasalahan yang terjadi. Permasalahan dalam keluarga memanglah sesuatu yang kompleks, namun film ini mampu membuatnya harmonis dan seirama layaknya sebuah dansa penuh cinta.

Writer: Alvin Iqbal
TAGS:Artis / Talent
SHARE
Recommendation Article