Apakah Festival Film Indonesia Jadi Standar Tertinggi Industri Film Indonesia?

Apakah Festival Film Indonesia Jadi Standar Tertinggi Industri Film Indonesia?

Posted: Nov 30, 2022

Sebagai ajang penghargaan paling bergengsi di Indonesia, FFI atau Piala Citra ini sudah bertahan selama 42 tahun. Acara ini diselenggarakan oleh Badan Perfilman Indonesia dan Kemendikbud Ristek RepubIik Indonesia.

Tahun ini, nominasi terbanyak jatuh kepada film Seperti Rindu, Dendam Harus Dibayar Tuntas yang masuk ke 12 nominasi dan mampu mengambil 5 Piala Citra. Selain Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ada juga Before Now & Then yang juga menyabet 5 Piala Citra.

Tapi, sebenarnya bagaimana cara mereka menilai dan memilih pemenang untuk FFI ini? Lantas, kalau meraih banyak penghargaan apakah film tersebut layak dibilang bagus dan berkualitas? Apakah FFI ini jadi standar paling tinggi di industri perfilman Indonesia?

Jadi gini, Festival Film Indonesia atau yang biasa disebut FFI atau Piala Citra ini bisa dikatakan sebagai tolak ukur yang cukup akurat, setidaknya sampai saat ini. Festival Film Indonesia juga bisa disebut sebagai wadah apresiasi dan standar tertinggi untuk industri film Indonesia itu sendiri.

Najwa Shihab pun juga mengatakan demikian. Menurutnya, Festival Film Indonesia ini jadi acuan seberapa jauh industri film Indonesia sudah melangkah dan berkembang.

“Menjadi tolak ukur seberapa jauh perfilman kita memang sudah mencapai standar yang diharapkan.” ujarnya.

Eitss, tapi nggak semua sineas itu menganggap Festival Film Indonesia itu target tertinggi ataupun hal yang prestisius loh. Buktinya, Manoj Punjabi selaku produser dari film terlaris sepanjang sejarah, KKN Di Desa Penari mengatakan bahwa Festival Film Indonesia bukan target utamanya.

“Waduh itu pertanyaan yang sulit. Bagi saya, kalau saya buat film bukan buat FFI. Saya buat film untuk dapat jutaan penonton. Kenapa? Bukan hanya untuk bikin duit, jelas itu sangat penting. Tapi lebih, film yang digemari penonton bioskop hidup, itu yang penting itu yang membantu ekosistem itu yang menghidupkan ekonomi.” ujar Manoj.

Cukup menarik ya ucapan dari Manoj Punjabi. Ketika banyak sineas dan pelaku industri film Indonesia berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan Piala Citra, Manoj Punjabi justru secara terang-terangan nggak ambis dengan Festival Film Indonesia.

Manoj Punjabi justru lebih tertarik dengan penonton dan ekosistem yang mampu menghidupkan ekonomi. Meskipun ya, pergerakan Festival Film Indonesia juga ada di jalur tersebut.

Jadi sebenarnya, itu semua depends on siapa yang melihat. Kalau dari sudut pandang Manoj Punjabi, Festival Film Indonesia bukanlah barometer utama untuknya. Tapi, untuk Najwa Shihab itu adalah barometer untuk industri film Indonesia itu sendiri. Jika ditarik kesimpulan, sebenarnya Festival Film Indonesia sudah pantas jadi ajang untuk validasi para sineas. 

Buktinya, banyak sineas muda yang ingin karyanya dapat dipamerkan di Festival Film Indonesia karena tanpa Festival Film Indonesia pasar sulit melirik karya mereka.

Tapi ada satu hal yang paling harus kita ingat dari kutipannya Manoj Punjabi. Itu adalah bagaimana sebuah film harus bisa menghidupkan ekosistem yang lebih dekat penonton. Entah itu dari segi ekonomi maupun hal lainnya.

Any thoughts?

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:Opini,Special Content,Festival Film Indonesia
SHARE
Recommendation Article