Apakah Keberadaan Festival Musik Akan Layu atau Sebaliknya?

Apakah Keberadaan Festival Musik Akan Layu atau Sebaliknya?

Posted: Nov 09, 2022

Akhir-akhir ini, jagat media sosial dihebohkan dengan beberapa festival yang tiba-tiba diberhentikan karena diduga overcapacity. Bahkan, ada juga beberapa konser yang ditunda dan festival-festival lain terancam batal.

Akhir-akhir ini, jagat media sosial dihebohkan dengan beberapa festival yang tiba-tiba diberhentikan karena diduga overcapacity. Bahkan, ada juga beberapa konser yang ditunda dan festival-festival lain terancam batal.

Mulai dari Berdendang Bergoyang, Kickfest, lalu konser NCT 127 diberhentikan karena isu tersebut. Karena hal ini juga isu keramaian dan overcapacity jadi topik hangat di media sosial.

Lalu ada juga konser-konser yang batal dan harus diundur seperti konser Dewa 19 di Jakarta International Stadium (JIS) yang awalnya direncanakan berlangsung bulan November ini.

Karena hal-hal tersebut akhirnya muncul satu pertanyaan, apakah keberadaan festival musik akan layu karena hal ini?

Jawabannya adalah tidak sama sekali. Justru, keadaan festival musik tahun ini baik-baik saja. Memang masih ada yang bolong sana-sini, tapi tak baik juga langsung digeneralisir kalau semua festival musik dan konser akan gagal karena overcapacity.

Ini juga dikatakan oleh Emil, Sekjen dari Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI). Beliau mengatakan bahwa meskipun ada beberapa hal yang harus diperbaiki, hal itu jangan menjadi acuan untuk menepuk rata dan menghukum pihak lain.

“Kami dari APMI, sebenarnya ingin mengatakan bahwa dunia konser dan festival itu baik-baik saja. Ada kejadian-kejadian yang memang harus diperbaiki kedepannya, tapi jangan digeneralisir untuk menghukum pihak lain.” ujar Emil.

Kasus dari Berdendang Bergoyang misalnya, itu terjadi memang benar karena overcapacity. Namun, kalau kita melihat konser NCT 127 kemarin, apa benar karena overcapacity?

Mengutip dari perkataan Wendi Putranto (Personal Manager Seringai) di CNN, dia berujar bahwa hal-hal yang terjadi di konser maupun festival itu tak bisa digeneralisir.

“Menurut saya sih, masing-masing insiden ataupun kekacauan yang terjadi pada beberapa pertunjukan musik itu tidak bisa digeneralisir.” ujar Wendi.

“Itu terjadinya memang kasuistik, dalam artian setiap acara itu beda-beda penyebab kekacauannya.” lanjutnya.

“Nah, itu menurut saya kan dua hal yang berbeda. Ketika itu dianggap berpotensi menurunkan kepercayaan booking agent di luar negeri terhadap promotor Indonesia sih, saya kira nggak sejauh itu mikirnya karena memang nggak berhubungan.” tambahnya.

Apa yang dikatakan oleh Wendi Putranto ada benarnya. Kita sebagai penonton, fans, ataupun festival goers juga punya andil untuk membuat sebuah festival atau konser aman atau tidak. Kalau semuanya salah promotor, rasanya nggak adil. Karena ada beberapa kasus yang memang dimulai dari ricuhnya penonton.

Kalau melihat yang salah saja, memang nggak fair. Jika dilihat, banyak sekali konser-konser dan festival yang hitungannya berhasil dan aman untuk penonton di tahun ini. Pestapora, Synchronize Fest, Java Jazz, konser Dream Theater, Pasar Kaget, dan Joyland Festival berhasil menyita perhatian.

Khusus untuk Joyland Festival, gelarannya di area Gelora Bung Karno kemarin membuktikan bahwa festival bisa berjalan dengan nyaman dan lancar. Synchronize Festival dan Pestapora yang dipenuhi lautan manusia, berjalan aman-aman saja. 

Jadi, bisa disimpulkan bahwa festival musik memang baik-baik saja tahun ini. Kita harus yakin, bahwa hal-hal yang kurang dari beberapa gelaran festival dan konser musik di tahun ini pasti diperbaiki, dan industri ini akan terus berkembang nantinya. Satu lagi, kita sebagai penikmat harus memposisikan diri agar semuanya bersinergi dengan baik.

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:Opini,Konser Musik,Festival Musik
SHARE
Recommendation Article