Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) menunjukkan sebuah sikap terkait dampak yang terjadi di sebuah festival musik pada minggu lalu.
Beberapa hari terakhir, media sosial dan jagat internet sedang ramai-ramainya membahas sebuah festival musik yang dianggap gagal dan tak becus oleh netizen. Bahkan, kejadian dan isu ini memicu pembatalan izin acara musik oleh pemerintah.
Ini menjadi latar belakang untuk APMI mengambil pernyataan sikap. Pernyataan sikap ini diselenggarakan di Creative Hall, M Bloc Space, Jakarta dalam bentuk konferensi pers.
Dikatakan oleh APMI, bahwa industri musik di Indonesia baru saja bangkit. Terlebih karena selama dua tahun industri musik mati suri karena pandemi yang melanda. APMI juga mengatakan bahwa kebangkitan ini baiknya dilihat dari berbagai sisi.
Pihak APMI juga menjelaskan bahwa ada banyak festival musik skala besar yang nyatanya berjalan lancar, rapi, dan tertib. Java Jazz Festival, Synchronize Festival, Prambanan Jazz, Djakarta Warehouse Project (DWP), We The Fest (WTF) dan banyak lagi.
Dino Hamid selaku ketua APMI mengatakan bahwa festival dan event-event musik lainnya membantu pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional.
“Event musik ini bisa membantu dalam pertumbuhan ekonomi kita secara nasional. Ini nggak boleh berhenti karena ‘tantangan’ kemarin itu. Jadi kita harus berjuang, sama-sama kita bersuara, bahwa industri kami baik-baik saja, bahkan lagi di level sangat baik-baik saja” ujar Dino Hamid.
Masih berdasarkan pada kejadian sebelumnya, Dewi Gontha selaku Ketua Bidang Program & Investasi APMI menjelaskan juga beberapa hal terkait perizinan untuk sebuah event.
“Saat ini yang paling penting pengurusan perijinan. Banyak instansi itu, nggak cuma satu yang harus diurus. Pembelajaran yang kita dapat beberapa hari ini adalah ternyata ada juga beberapa promotor nggak melengkapi dokumen, jadi harus ngulang pengurusan perijinan. Ya karena ketidaktahuan mereka kalau ngurus perijinan itu banyak instansi,” ujar Dewi.
Selain itu, pentingnya menghitung tiket dan mempertimbangkan panggung dan aktivitas di venue juga dijabarkan oleh Dewi Gontha
“Setelah ijin diterima, kalo jual tiket itu harus ada cara ngitungnya. Karena biar sesuai dengan jumlah tiket yang dijual. Itu dia kenapa tiket digitalisasi sekarang ini penting, karena itu memudahkan promotor mengetahui jumlah.” lanjutnya.
“Pembuatan panggung dan program di area juga harus dipertimbangkan. Jangan susun line up yang bikin pada ngumpul di satu stage saja, penonton nggak keluar masuk. Karena nanti pasti flownya jadi chaos,” pungkas Dewi.
Emil selaku Sekjen dari APMI juga menjelaskan bahwa sampai saat ini industri musik dan event di Indonesia baik-baik saja.
Pernyataan dan sikap dari APMI untuk membantu kelangsungan industri musik, khususnya festival dan konser di Indonesia patut diacungi dua jempol. Semoga, industri ini semakin berkembang dan baik ke depannya.