Banyak yang Gak Tau, Begini Nasib Industri Film Independen di Indonesia

Banyak yang Gak Tau, Begini Nasib Industri Film Independen di Indonesia

Posted: Apr 10, 2022

Film memang selalu menjadi media penghibur manusia dari masa ke masa, bahkan bisa dikatakan bahwa film dapat dengan mudah menunjukan berbagai tradisi serta budaya, yang sekaligus bisa menarik penonton untuk masuk ke dalam dunia tersebut.

Film memang selalu menjadi media penghibur manusia dari masa ke masa, bahkan bisa dikatakan bahwa film dapat dengan mudah menunjukan berbagai tradisi serta budaya, yang sekaligus bisa menarik penonton untuk masuk ke dalam dunia tersebut.

Namun tidak semua film dapat tayang di wadah yang tersedia untuk masyarakat, sebut saja bioskop yang hanya mampu menampung sebagian kecil dari banyaknya karya sineas-sineas dari berbagai penjuru negeri.

Tidak juga semua film bisa memiliki dana yang melimpah untuk akhirnya dapat memproduksi, serta promosi dengan skala besar. Maka dari itu lahirlah sebuah semangat untuk membuat film secara mandiri, atau kerap disebut sebagai film independen.

Inez Peringga selaku Project Coordinator di rumah produksi HF Production, yang juga bertanggung jawab untuk penyelenggaraan Jakarta Independent Film Fest, mengungkapkan bahwa film independen memiliki sejarah yang panjang, yang secara singkat adalah film-film yang merupakan hasil produksi mandiri dengan skala kecil.

“Ada sejarah panjang dari istilah film independen tapi secara singkat istilah ini ada karena film-film ini bukan hasil karya dari perusahaan produksi ternama atau bukan film-film yang biasa ditonton di bioskop. Perbedaannya cukup jelas, selain bukan hasil produksi dari rumah produksi besar, film independen juga skalanya cenderung lebih kecil dari segi biaya, tim dan kebanyakan juga film pendek walaupun tidak semuanya,” jelas Inez.

 

Film independen di era digital

Perbedaan terbesar dari film independen adalah dari sisi biaya, yang tentunya sangat berpengaruh pada distribusi film itu sendiri. Namun saat ini dengan berkembang pesatnya digital, industri film independen pun menjadi lebih mudah untuk tampil di depan umum. Seperti Inez menjelaskan bahwa saat ini keberadaan film independen sudah lebih mudah dijangkau, yang juga sekaligus mematahkan pandangan bahwa film independen terkesan mengeksklusifkan diri.

“Kini media sosial mempermudah pendistribusian informasi, sehingga keberadaan film-film independen dapat disebarluaskan dengan mudah, cepat, dan minim biaya sehingga dapat menjangkau komunitas film maupun penonton lainnya. Ini sekaligus mematahkan pandangan bahwa film independen terkesan eksklusif, karena justru di masa kini film-film tersebut lebih mudah mengakses dan diakses penontonnya,” tegas Inez.

Re Fakhri, salah satu produser film independen, menjelaskan bahwa menurutnya film independen terkesan eksklusif karena memang memiliki pasar serta sasarannya sendiri, namun memang tidak dipungkiri akses menjadi salah satu faktor besarnya, dan melalui digital saat ini film independen dapat dengan lebih mudah diakses.

“Mungkin film independen itu terkesan eksklusif karena orang-orang yang ingin atau dapat menikmati film independen itu ya punya pasarnya sendiri, sasarannya sendiri, ibaratnya kayak lukisan kan nggak semua orang senang dengan lukisan. Mungkin juga karena akses, tidak mudah untuk disebarluaskan, karena media untuk menyebarluaskannya tidak seluas itu. Walaupun sekarang sudah banyak OTT (Over the Top) dimana film independen bisa dinikmati,” jelas Re.

Lantas bagaimanakah cara agar film independen dapat ditayangkan di platform OTT? Alexander Matius, Film Programmer di Kinosaurus menjelaskan bahwa para sineas harus mempertunjukan karya mereka, yang salah satunya adalah dengan ikut mendaftar ke dalam festival-festival film yang ada.

“Caranya mempertunjukan karya mereka, dengan cara mengirim karya mereka atau ikut mendaftar dalam festival sehingga ada peluang untuk dilihat oleh orang lain, termasuk pihak OTT,” jelas Matius.

 

Peran festival film 

Seperti dibahas sebelumnya, festival film memiliki andil yang cukup besar dalam karir seorang sineas terutama independen. Salah satu sutradara film independen, yang karyanya kerap tampil di berbagai festival film, yaitu Idan Firdaus menyebutkan bahwa festival film adalah sebuah media apresiasi bagi pembuat film, sekaligus tempat mempertemukan para pelaku film.

“Peran festival salah satunya jadi media apresiasi bagi para pembuat film, serta mempertemukan pelaku film dalam satu tempat,” ungkap Idan.

Setuju dengan pernyataan Idan, Re juga mengungkapkan bahwa peran festival film sangatlah besar untuk film independen, karena selain menjadi ajang kompetisi festival film juga menjadi sarana berjejaring dan pembentukan ekosistem film itu sendiri.

“Peran festival film untuk film independen itu sangat besar sekali, karena disinilah justru wadah para pelaku film independen untuk berkompetisi, selain itu juga untuk berjejaring, kalau tidak ada festival film pelaku film itu tidak akan terbentuk ekosistemnya,” ungkap Re.

Sebagai penyelenggara festival film itu sendiri, Inez menyampaikan bahwa penyelenggaraan festival film adalah cara untuk merangkum pembuat film, baik dengan mengadakan workshop, seminar, maupun menjalin hubungan dengan komunitas film.

“Kalau dari kami sebagai penyelenggara festival film yang bisa kami lakukan untuk merangkul para pembuat film, dengan mengadakan workshop, talks dan networking dengan komunitas film. Karena pada dasarnya festival film hanya menjadi wadah yang sangat bisa dimanfaatkan oleh sineas dengan sebaik-baiknya,” jelas Inez

Dari berbagai pandangan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa apapun bukanlah batasan untuk imajinasi, dengan berkembangnya teknologi tidak ada lagi istilah mengeksklusifkan diri untuk perfilman di negeri ini, semua memiliki peluang yang sama untuk bersinar, dan festival film adalah wadah untuk ekosistem industri perfilman semakin berbinar.

Writer: Alvin Iqbal
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article