Bungoesman merupakan seorang penulis lagu dan produser musik asal Sukabumi, Jawa Barat. Dia mulai menulis lagu pada 1999, saat duduk di bangku SMA.
Awalnya, Bungoesman hanya mengikuti struktur lagu yang sudah ada pada lagu-lagu lawas rilisan major label ataupun indie pada saat itu. Mulai dari tema, lirik, nada, komposisi, dan jenis musik.
Dalam penulisan lagu, Bungoesman banyak dipengaruhi oleh grup musik NOFX, The Cure, hingga Rumahsakit. Selain itu, musisi yang menjadi inspirasinya adalah Michael John Burkett.
Pada 2002, Bungoesman mulai memproduseri musik sendiri bersama band di masa kuliah. Selama masa kuliah, Bungoesman sudah memproduseri beberapa album band dan kompilasi, di mana segmentasinya masih berada di skena musik independen.
Untuk menjadi produser musik, awalnya Bungoesman hanya mencari informasi dari beberapa teman musisi dan berbagai sumber artikel yang tersedia dalam bentuk cetak maupun internet. Kemudian, mempelajari audio editing software, melakukan eksperimen dengan beberapa jenis musik, kolaborasi, dan terjun ke bisnis produksi musik.
Kisah menarik bagi Bungoesman selama menjadi penulis lagu dan produser musik adalah ketika dia harus menyeimbangkan antara keinginan dan selera pasar dari kedua hal tersebut.
�Bagi saya, itu menarik. Membuat lagu untuk orang lain maupun band sendiri. Termasuk beberapa rilisan yang saya produseri dengan berbagai macam disiplin dan indisplinnya, semua memiliki cerita yang menarik,� ucap Bungoesman dalam wawancara dengan Eventori.
Selama menjadi musisi, ada cukup banyak suka dan duka yang dirasakan oleh Bungoesman. �Dalam suka, ketika lagu saya banyak dinyanyikan oleh anak-anak kecil. Dalam duka, ketika saya harus mencari pekerjaan lain yang bisa mencukupi kebutuhan hidup dan waktu untuk musik saya,� katanya.
Di situasi dan kondisi di tengah merebaknya pandemi COVID-19, Bungoesman mengaku ingin menjadi seorang penulis lagu dan produser musik yang kreatif dan inovatif.
�(Harapannya) selalu diberikan kesehatan dan dorongan untuk tetap bisa berkontribusi di kancah musik Indonesia. Saya percaya, karya terbaik akan tetap selalu dicari,� pungkas Bungoesman.