Merebaknya virus corona memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama pada industri event. Lantaran tidak bisa mengadakan event yang mengumpulkan banyak orang, industri event sempat sepi.
Backstagers Indonesia yang merupakan salah satu komunitas event organizer terbesar di Indonesia, juga merasakan dampak tersebut. Mereka pun harus menghadapi berbagai tantangan di tengah pandemi ini.
''Tantangan terbesar sekarang, semua industri event dipacu beradaptasi dengan digitalisaisi, belajar teknologi baru, dalam hal ini teknologi online,'' ucap Harry Awil Kurniawan selaku Co-Founder Backstagers Indonesia dalam wawancara dengan Eventori.
Meski di tengah merebaknya virus corona, Backstagers Indonesia tak ingin berhenti bekerja dan berkarya. Setelah sempat vakum, akhirnya mereka bisa bangkit kembali.
Jadi, kita tetap beradaptasi dengan kondisi ini. Memang kita sempat vakum di awal pandemi, hampir semua lini usaha event berhenti. Setelah itu, pelan-pelan kita melakukan kolaborasi, mempelajari teknis online, tutur Awil.
Akhirnya, sekarang pelan-pelan event dijalankan secara virtual. Sehingga, ada beberapa orang yang sudah mulai bergerak, sudah mulai bekerja, ada penghasilan lagi, sambungnya.
Awil mengatakan bahwa memang terdapat perbedaan saat membuat acara secara online. Kendati demikian, Backstagers Indonesia mendapat beberapa hal positif.
Walaupun event virtual tidak ada feel-nya, tapi secara bisnis lumayan daripada enggak ada pemasukan. Positifnya, sekarang mau enggak mau kita belajar tentang adaptasi terhadap teknologi online, kata Awil.
Menurut Awil, event offline seperti festival masih belum bisa dilaksanakan sampai saat ini, karena kendalanya cukup besar. Sangat berat pukulannya buat kami, kalau yang berhubungan dengan event yang kerumunan orang, jelasnya.
Bicara tentang bisnis di industri event, Awil mengungkapkan bahwa bukan hanya event organizer saja yang terpuruk. Tapi, vendor juga mengalami hal serupa, karena tidak ada event. Agar bisa bertahan, mereka melakukan kolaborasi dan adaptasi.
Untuk itu, kita mencoba kolaborasi. Ada kerjaan, dikerjain bareng-bareng, ada yang punya tempat, barang, konsep, klien, ya sudah kerjain bareng, itu lah kolaborasi. Kemudian, adaptasi dengan konsidi ini, belajar, berbagi ilmu, yang sudah punya pengalaman, ngasih tahu yang lain. Sehingga, yang lain bisa menjalankan event online juga, pungkas Awil.