Celah Celah Langit, Komunitas yang Bertujuan Menyampaikan Aspirasi dalam Bentuk Kesenian

Celah Celah Langit, Komunitas yang Bertujuan Menyampaikan Aspirasi dalam Bentuk Kesenian

Posted: Jan 22, 2022

-

Komunitas Celah Celah Langit (CCL) yang berlokasi di kawasan Ledeng, Bandung, Jawa Barat sudah ada sejak 1986. Namun, saat itu CCL belum terbentuk secara formal. Kemudian, Iman Soleh atau Pak Iman resmi mendirikan CCL pada 22 Mei 1998.

Nama Celah Celah Langit diberikan oleh seorang musisi bernama Sawung Jabo. Saat bertemu dengan Iman Soleh, dia memberikan pandangan bahwa komunitasnya diberi nama Celah Celah Langit. Ia pun punya alasan tersendiri.

Karena di sini kalau kita lihat dari bawah, dari panggung, dari tempat duduk, itu kalau kita melihat ke atas itu banyak cahaya masuk dari celah-celah pepohonan. Nah, disebutnya itu celah-celah langit nembus ke bawah, ucap Mazeinda selaku bidang Sastra dan Komunikasi CCL dalam wawancara dengan Eventori, Rabu (17/2).

Sejak awal, CCL bergerak dalam ranah kesenian yang bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dalam bentuk kesenian. Bisa melalui musik, teater, sastra, tari, melukis, dan lainnya. Selain itu, untuk mengembangkan masyarakat sekitar.

Tujuan dari kita mengangkat wacana bagaimana kita menyampaikan kritik kepada mereka (pemerintah dan politisi) melalui kesenian dan juga sebagai media pengembangan masyarakat yang juga di masyarakat Ledeng itu bisa berkembang, tumbuh, mereka bisa mengasah skill-nya melalui kesenian, tutur Mazeinda.

Selain menjadi wadah untuk menyampaikan aspirasi, mengasah skill, pemberdayaan masyarakat, Mazeinda bilang sejumlah orang menyebut diadakannya CCL adalah sebagai tempat untuk berguru.

Dari orang-orang, tujuan dibentuknya ini jadi tempat nyantri. Kalau menurut pak Iman, nyantri kehidupan, karena di sini banyak orang yang kita tuh tidak hanya mengasah skill, tapi juga mengubah sikap kita bagaimana untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari dari bentuk yang paling kecil. Bagaimana orang-orang sekarang sudah bisa lebih terasah ke depannya, jelas Mazeinda.

Kegiatan yang dilakukan oleh CCL beragam, mulai dari membuat pertunjukan, mengadakan bakti sosial, hingga diskusi mengenai ide dan gagasan baik secara online maupun offline. Pak Iman pun sering meminta orang-orang di CCL untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan dan itu harus dikaitkan dengan masyarakat.

Mazeinda mengaku dirinya sering mengajar anak-anak yang ada di CCL, tentang sastra literatur kebahasaan, bagaimana mereka bisa memahami bahasa yang mereka punya, bahasa ibu, bahasa nasional.

Bagi yang ingin bergabung dengan CCL, semua orang bisa datang langsung tanpa harus melewati administrasi. Secara tidak tertulis, beberapa orang yang pernah bergabung dengan komunitas ini adalah Rina Nose, Ridwan Kamil, Aa Gym, dan lainnya.

CCL berangkat dari keluarga pak Iman. Setelah dari situ, akhirnya banyak yang datang orang-orang luar, sekarang digantikan orang-orang yang jadi saudara. Ketika gabung ke CCL, dianggap sebagai saudara ideologis, tidak sedarah tapi memiliki pemahaman yang sama dan cita cita yang sama. Terbangun melalui aktivitas kita keseharian, jelas Mazeinda.

CCL sudah menyelenggarakan berbagai pertunjukan. Bahkan, ada pertunjukan kolaboratif yang sampai ke luar negeri, seperti Australia dan Pakistan. Menurut Mazeinda, pertunjukan CCL yang paling membanggakan adalah pertunjukan Tanah yang digelar pada 2014.

Dinamakan (pertunjukan) Tanah, karena wacana yang diangkat sutradara melalui metode kolaboratif learning itu diangkat sebagai kritik kami terhadap kasus-kasus tanah yang sedang marak sampai saat ini di Indonesia, tutur Mazeinda.

Kita angkat itu dalam pertunjukan dan disampaikan ketika 2014 di Forum Art Internasional, yang diadakan pemerintah Indonesia, yang dipilih melalui seleksi yang ketat. Indonesia hanya diwakili satu komunitas, komunitas kami, sambungnya.

Untuk memberi apresiasi kepada orang-orang, terutama masyarakat sekitar yang sudah sangat lama mengabdi bagi desa dan kelompok masyarakat, CCL memberikan penghargaan. CCL Award diselenggarakan setiap ulang tahun CCL. Lantaran tengah merebaknya virus corona, maka ulang tahun CCL tak dirayakan, sehingga tak ada CCL Award.

Di tengah situasi dan kondisi seperti ini, CCL berusaha untuk tidak membuat pertunjukan yang menghadirkan kerumunan. Maka dari itu, kebanyakan kegiatannya dilakukan secara online seperti mengadakan forum daring, diskusi, dan pengumpulan dana. Selain itu, membuat film, video musik, dan film pendek.

Untuk kedepannya, CCL ingin terus berkarya dan mengembangkan diri pada satu tujuan yang sama. Intinya, pengembangan masyarakat harus tetap berjalan. Karena orang yang kekurangan itu masih membutuhkan pendidikan apakah itu melalui bentuk kesenian, atau bentuk lain, pungkasnya.

Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Komunitas
SHARE
Recommendation Article