Digitalisasi Musik Melahirkan Musisi dengan Strategi 360

Digitalisasi Musik Melahirkan Musisi dengan Strategi 360

Posted: Jan 22, 2022

-

Digitalisasi merupakan salah satu hal yang sudah tidak bisa dihindari oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apalagi, di tengah merebaknya virus corona, masyarakat banyak melakukan aktivitas di rumah dan menggunakan gadget.

Irfan Aulia selaku musisi sekaligus Managing Director Massive Music Entertainment, melihat bahwa digital itu perilaku konsumen yang ditambah teknologi dan menjadi satu model baru.

Kalau kita bicara musik aspek kreasi, sudah dari 90an. Lalu, berangsur proses distribusi sampai konsumsi. Bisnis model yang terjadinya karena digitalisasi ini, seiringnya zaman berubah menjadi satu hal yang tidak terpisah dari digitalisasi, ucap Irfan dalam diskusi Fenomena Digitalisasi Musik, Rabu (7/10).

Dengan adanya digitalisasi, melahirkan bisnis model di industri musik yang disebut 360. Bisnis model tersebut adalah di mana musisi bisa mulai dari membuat, merekam, hingga distribusi karyanya sendiri melalui media digital.

Ciri disrupsi kita tidak bergantung lagi sama pihak lain. Jadi, musisi yang berperan sebagai pencipta lagu, performer, record label, dia juga manajemen. Ini fenomena yang dihasilkan dari disrupsi teknologi yang langsung berdampak pada musisinya, beber Irfan.

Kendati demikian, dengan adanya strategi 360 yang memudahkan musisi untuk memasarkan karyanya, mereka menjadi tidak terlalu memerhatikan aspek lain dalam memproduksi musik.

Disrupsi digital ini menghasilkan musisi 360 yang memang cenderung hanya fokus di aspek terakhir, artis manajemen performing saja, performa saja padahal banyak hal yang mereka bisa dapatkan tapi jadi terabaikan karena mereka tidak aware saat itu, ungkap Irfan.

Beberapa musisi Tanah Air yang menerapkan bisnis model 360 di antaranya adalah Tulus, Bunga Citra Lestari, Andien, dan lainnya.

Mainstream musician sudah pada beralih ke 360 musician. Ini salah satu dampak dari digitalisasi musik. Bukan hanya dari kreasi, tapi secara digital. Dulu kalau mau rekaman mahal, jelas Irfan.

Sekarang, (pemasarannya) bisa dilakukan oleh sosial media. Dulu, enggak semua orang punya akses bisa masuk TV dengan mudah. Sekarang, hari itu dirilis, hari itu seluruh dunia tahu. Ini fenomena terbesar dari digitalisasi musik, sambungnya.

Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article