When it comes to overused words today, 'skena' may be at the top of the list.
Huft… Ngerasa nggak sih lo kata-kata ‘skena’ ini overused banget? Kayak, dikit-dikit skena, dandan dikit dibilang skena, punya tato dibilang skena, nonton gigs dibilang skena. Apaan sih? HAHAHA.
Terus, konten-konten TikTok soal per-skenaan beserta polisi skena yang bikin kata-kata ini jadi masuk dalam konteks yang salah. Akhirnya? Skena cuma menjadi salah satu dari pilihan kata untuk judging orang.
Tapi, sebenarnya skena itu apa sih?
Skena Adalah…
Kalau awal mulanya sih muncul kayak slang words untuk gantiin kata scene. Nah, scene ini merujuk pada suatu perkumpulan atau komunitas, terutama di musik. Misal, scene punk, scene pop, scene underground, dan banyak lagi.
Kalau menurut ahli bahasa yang juga Kepala Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Ganjar Harimansyah, skena adalah akronim dari tiga kata yaitu sua, cengkerama, dan kelana.
“Ketiga kata ini, yakni sua, cengkerama, dan kelana, mungkin kurang populer di kalangan anak gaul sekarang. Tapi lewat akronim skena ketiga kata itu jadi hidup lagi.” ujar Ganjar, mengutip dari Kompas.com.
Bisa dibilang, kalau skena itu adalah perkumpulan kolektif yang bisa menciptakan suasana untuk bercengkrama sampai berkelana bersama saat berkumpul. Gitu…
Pergeseran Terms Skena Itu Sendiri…
Nah ini dia! Gara-gara banyak banget konten FYP di TikTok yang ngebahas skena, maknanya jadi bergeser.
Disclaimer dulu, ini menurut gue ya. Lo boleh setuju ataupun nggak. Bebas. Gue ngerasa, skena adalah hal yang merujuk ke cara lo berpakaian aja. Dah mentok di situ. Misalkan, lo pakai sepatu Dr. Martens, terus pakai jeans dan kaos oversized dibilang skena. Kalau yang perempuan, pakai rok terus sepatunya 1460 Dr. Martens, tanktop dan cardigan dibilang skena. Kayak, apa sih mau lo?
Terus, para ‘polisi skena’ yang bilang kalau lo pakai merchandise sebuah band, setidaknya lo harus tau lagu-lagunya. Kalo nggak tau juga gapapa juga kan? Yang penting beli original, nggak bootleg. Mending orang-orang repot yang ngurusin beginian concern sama merchandise bootleg deh. HAHAHA!
Bahkan, Jimi Multhazam bilang dalam suatu panggungnya, kalau orang-orang ngomongin skena adalah yang cuma tau sekenanya aja. Suatu tamparan keras kah buat kalian para content creator? Atau mungkin buat gue juga karena sekarang lagi nulis soal skena. Hmm…
Seperti Musik Folk yang Harus Puitis dan Senja-senjaan
Ngaku! Lo pernah ada di moment ini kan? Ketika musik folk, atau mungkin bisa gue bilang, musik pop dengan akustik gitar sebagai core-nya merajai industri waktu itu. Banyak banget musisi yang rilis dengan format kayak gini.
Sampai akhirnya, terms musik folk ini bergeser. Jadi identik dengan hal-hal berbau puisi, sampai senja-senjaan. Nggak puitis, ya nggak folk. Semua orang mendadak menjadi puitis. Sah-sah aja sih, tapi nggak gitu juga.
Takutnya, lo berlomba bikin lagu dengan kalimat puitis, tapi nihil makna demi ngasih makan ego sendiri. Walaupun akhirnya, era ini seperti kembali bangkit dengan munculnya Asmalibrasi milik Soegi Bornean. HAHAHAHA!
Nah, gue melihat istilah skena ini fenomenanya mirip kayak folk. Menurut lo gimana? Atau mungkin, kata skena yang sekarang sering digunakan merujuk pada istilah hipster? Tampil berbeda, selera musik beda, dengan tingkat kecintaan pada seni itu cukup tinggi?
Jadi, apa pandangan lo soal kata ‘skena’ yang lagi in akhir-akhir ini?