Emosi yang Naik Turun Berkat Film "1 Kakak 7 Ponakan"

Emosi yang Naik Turun Berkat Film "1 Kakak 7 Ponakan"

Posted: Jan 31, 2025

Review film terbaru 1 Kakak 7 Ponakan karya Yandy Laurens: cerita hangat perjuangan Moko bersama 7 keponakannya yang penuh drama, tawa, dan pesan hidup. Worth to watch!

Film terbaru Yandy Laurens ini lagi ramai banget diperbincangkan. Kebetulan, gue pun udah menonton film “1 Kakak 7 Ponakan” ini. Overall, film ini dikemas cukup oke sebagai adaptasi dari series. Terasa compact, dan nggak dipaparin terus hal-hal sedih. Love it!

Kali ini gue akan coba mengulas film “Sakatupo”, dengan point of view penonton bukan seorang sineas ataupun movie enthusiast. Let’s go!

Masuk ke Dunia Moko

Ini yang gue rasain saat nonton filmnya. Yandy Laurens berhasil membuat penonton merasakan posisi Moko. Jadi, suka-duka kehidupan Moko dan keponakannya rasanya nyampe ke kursi penonton.

Capek serta beratnya sandwich generation dipatahkan oleh Moko, yang ternyata bisa se-legowo itu. Di poin ini, gue salut sama acting-nya Chicco Kurniawan, terutama tatapan mata ‘lelah’ dan ‘capek’ namun punya grit itu yang bikin gue suka sama “1 Kakak 7 Ponakan”.

Nggak Jual Sedih Doang

Ini poin yang bagus sih. Nggak semua scene di film “1 Kakak 7 Ponakan” dibuat sedih. Ada juga yang lucu kok. Banyak bahkan.

Jadi, adegan per adegan di film ini nggak terasa memaksa kita untuk relate dan diajak sedih doang, tapi ada selipan rasa happy dan senyum yang bikin mikir dua kali, kenapa kita marah sama hidup ye? Gitu HAHAHA soalnya hidup emang ada pahitnya fren. Asli dah…

Terus, beragam situasi dan kondisi dipresentasikan dengan apik sih. Gue merasa nggak relate di beberapa hal, tapi paham rasanya jadi Moko. Ini balik ke poin awal gue, gimana Chicco Kurniawan bisa ‘bertutur’ cuma pakai mata. HAHAHA.

Development Karakter yang Oke

Kalo lo nonton “1 Kakak 7 Ponakan”, nggak mungkin perhatian lo cuma ke Moko. Soalnya, development di film ini juga menonjolkan para ponakan Moko yang sama protagonisnya.

Jadi, mustahil banget rasanya kalo lo nggak suka sama para ponakan ini.

Terus, Agus Ringgo yang jadi Om Eka di film ini juga nice banget. Tanpa sadar, perannya justru penting untuk membawa alur cerita sampai terakhir. Nggak mau detail, nanti spoiler.

Intinya, film ini menyenangkan. Semua karakter dengan backstory-nya masing-masing cukup menyenangkan untuk diselami, beserta drama-dramanya tentunya.

Rollercoaster Emosi

Peran Yandy Laurens sebagai director cukup mengesankan di film ini. Dia bisa banget ngasih selipan komedi di tengah drama dan huru-hara kehidupan Moko. Kita dibikin sedih, mata udah berlinang, eh tiba-tiba ketawa lagi. Dialog para cast juga nggak belibet dan cukup natural. Apalagi, karakter Ano dan juga penjual laptop alias David Gadgetin.

Kalau teknis sih, tone yang dibawa dalam gambarnya cukup hangat. Beberapa silent moment justru terasa emosinya, ditambah alunan lagu Sal Priadi bikin film ini jadi satu kesatuan yang utuh. Hangat, rasa syukur, sedih, dan grit jadi komposisi yang tergambar jelas di tiap adegan. 

So far, film ini boleh banget lo tonton sendirian, sama temen, pacar, ataupun keluarga sih. Cukup menyenangkan filmnya. Naise, Yandy Laurens! 7,5/10 karena tak ada yang sempurna di dunia ini. Yuhuuuu!

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:
SHARE
Recommendation Article