Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi semakin pesat. Kini, berbagai macam hal dimudahkan dengan adanya digital. Begitu juga dengan industri musik yang telah memasuki era digital.
Di zaman sekarang, masyarakat tak lagi kesulitan saat ingin mendengarkan musik. Bahkan, mereka tak perlu mengeluarkan uang untuk hal tersebut.
Untuk saat ini, kita untuk menikmati musik enggak perlu beli musik. Pengguna sudah sangat berbeda. Yang mereka beli adalah akses, ucap Irfan Aulia dalam diskusi virtual, Rabu (18/11).
Dengan adanya hal tersebut membuat bisnis model di industri musik pun menjadi terdampak. Akhirnya, mulai masuk ke lini berbagai industri dan memberikan kemudahan serta tantangan.
Dulu (rekaman di) studio yang harus di lahan 1000 meter, sekarang studio di kamar bisa jadi megahits. Mempermudah, tapi juga memberi tantangan baru, beber Irfan.
Dengan adanya digitalisasi, melahirkan bisnis model di industri musik yang disebut 360. Bisnis model tersebut adalah di mana musisi bisa mulai dari membuat, merekam, hingga distribusi karyanya sendiri melalui media digital.
Kendati demikian, dengan adanya strategi 360 yang memudahkan musisi untuk memasarkan karyanya, mereka menjadi tidak terlalu memerhatikan aspek lain dalam memproduksi musik.
Sekarang dengan adanya disrupsi, kemudahan produksi, distribusi, terciptalah 360 musician. Bisnis model ini saat ini sudah cukup mewabah, karena semua orang sekarang berpikir sudah bisa lepas sendiri. Kelihatannya gampang, tapi banyak tantangan tidak terlihat, ungkap Irfan.
Di Amerika menyebabkan adanya black box royalty. Salah satu tantangan 360 musician, menjadi semuanya, berarti harus mempertanggungjawabkan semuanya, tantangannya menjadi lengah di aspek lain, sambungnya.
Selain model bisnis 360 musician, ada juga model bisnis video on demand. Melalui bisnis model tersebut, masyarakat bisa dengan bebas menentukan apa yang mau mereka tonton.
Sekarang kita punya punya kemerdekaan apa yang mau kita lihat. Yang paling menarik di bisnis model ini, royalties. Main income dari advertisement dan paid subscribtion. Ketika terjadi disrupsi, yang pertama menyesuaikan itu komunitas atau stackholder, pungkas Irfan Aulia.