Film Dokumenter "Pulau Plastik" Bahas Tentang Polusi Plastik di Indonesia

Film Dokumenter "Pulau Plastik" Bahas Tentang Polusi Plastik di Indonesia

Posted: Jan 22, 2022

-

Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang ke-51, rumah produksi Visinema Pictures bersama Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc merilis film dokumenter bertajuk Pulau Plastik.

Film ini mendapatkan sambutan hangat dari penonton Bali, sejak hari pertama filmnya diputar pada 22 April 2021. Mulai 29 April 2021, film Pulau Plastik dapat ditonton di bioskop Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bandung.

Angga Dwimas Sasongko selaku Founder Visinema Pictures sekaligus Executive Producer film Pulau Plastik, mengaku senang bisa membawa film ini untuk tayang di beberapa bioskop di luar Bali.

Seneng banget, karena tadinya kita pikir enggak mungkin di bioskop, karena pas film selesai, masuk pandemi. Sekarang kita ada di sini di situasi yang enggak seideal yang kami harapkan tapi film ini bisa muncul di bioskop, ucap Angga saat ditemui usai press screening film Pulau Plastik di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Film yang disutradarai oleh Dandhy D. Laksono dan Rahung Nasution ini menggabungkan jurnalisme investigasi dan budaya populer untuk menghadirkan pendekatan baru yang menyoroti tentang persoalan polusi sampah plastik yang masih menjadi PR besar Indonesia.

Saya harap penonton bisa nontonnya di layar lebar, karena buat saya, efek nonton visual di layar lebar akan berbeda saat nonton dengan yang di layar kecil. Kita jadi bisa ngerasain problem utamanya apa dan kita juga bisa ngerasain urgensinya soal plastik ini, jelas Angga.

Film ini akan membawa penonton mengikuti perjalanan vokalis band rock Navicula asal Bali, Gede Robi dan ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Barat, Prigi Arisandi. Keduanya tergerak oleh masalah yang sama, yaitu polusi sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan dan minimnya kebijakan untuk mengatasi krisis tersebut.

Robi dan Prigi pun berusaha mencari dan mengumpulkan bukti tentang sejauh mana masalah sampah plastik yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat. Mereka pun berkeliling Jawa, bertemu dengan pakar, aktivis, hingga melakukan penelitian termasuk pada diri mereka sendiri.

Hal itu dilakukan atas dasar keingintahuan yang tinggi tentang dampak plastik terhadap lingkungan dan juga kesehatan masyarakat.

Kemudian di Jakarta, Robi dan Prigi bertemu dengan Tiza Mafira. Seorang pengacara muda yang mendedikasikan dirinya untuk melobi pejabat publik dan sektor swasta untuk mengubah kebijakan mereka tentang plastik sekali pakai.

Kerjasama mereka bertiga dan juga aktivis lingkungan lainnya untuk mengatasi masalah sampah plastik akan berhasil jika komunitas, pemerintah, dan perusahaan dapat bersatu dalam mengurangi ketergantungan masyarakat pada plastik sekali pakai.

PRnya masih panjang. Kalau kita lihat, awalnya Pulau Plastik ini serial skup di Bali pemutaran di kampus, komunitas. Pencapaiannya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat itu udah mulai keliatan, jelas Robi.


Ini timing-nya bagus lagi untuk diangkat, karena mengembalikan skala prioritas orang-orang di tengah pandemi. Kalau kita di Bali, TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sudah penuh. Sekarang, Bali lagi kencang menggalakan agar desa bisa kelola sampah. Film ini pas jadi pembuka diskusi gerakan masif dikalangan masyarakat, lanjutnya.
 
Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article