Dalam kondisi pandemi seperti ini banyak hal yang perlu disesuaikan, acara yang terkenal dengan luring pun perlu diadakan secara daring. Seperti halnya kompetisi grafiti yang sangat identik dengan jalanan dan ruang publik kini harus beralih dan beradaptasi ke dunia digital.
Kompetisi grafiti Flavs Festival di masa pandemi
Pada tahun keduanya Flavs tetap mengadakan berbagai pre-event sebelum akhirnya mengadakan acara besar mereka yang berupa festival. Di dalam salah satu rangkaian pre-event tersebut Flavs kembali membuat kompetisi grafiti yang diharapkan dapat menarik animo para seniman-seniman jalanan Tanah Air.
Kompetisi yang dilakukan pada tahun ini cukup unik, tidak seperti pada tahun sebelumnya yang merupakan kompetisi sketsa digital, gelaran acara 2021 ini diadakan secara hybrid. Yaitu dengan mengajak seluruh seniman jalanan tanah air menggambar di tembok di daerah mereka masing-masing, lalu meramaikan virtual dengan cara mengunggah hasil, serta proses pembuatan ke media sosial.
''Tahun lalu kita bikin digital grafiti mereka bikin sketsanya itu di gadget bisa mobile phone atau tabletnya. Sekarang ini kalo virtual mereka upload kerjaannya di virtual, jadi mereka grafitinya itu tetap di tembok kita minta setelah beres mereka up di Instagram,'' ungkap Yacko selaku Program Director Flavs Festival saat diwawancara oleh Eventori
Nantinya hasil karya para seniman-seniman ini akan dinilai langsung seniman grafiti Tanah Air yang karyanya sudah diakui global yaitu Bujangan Urban, Hard13, dan Crack. Setelah ditentukan empat finalis terpilih mereka akan diterbangkan ke Jakarta untuk mengikuti kompetisi grafiti kembali secara langsung dan disaksikan secara virtual pada saat gelaran akbar Flavs Festival.
Hambatan dalam membuat kompetisi graffiti
Dengan format yang berbeda ini Yacko mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kesulitan, yang salah satunya adalah mencari tempat untuk menggambar. Dikarenakan grafiti sendiri masih dianggap negatif dan merupakan sebuah perbuatan vandalisme.
''kesulitannya mencari tempatnya agak susah ya karena takut ketahuan aparat, harusnya grafiti ini jangan dilihat sebagai vandalism,'' jelas Yacko
Yacko juga berpendapat bahwa grafiti seharusnya dianggap sebagai seni, yang dapat memperindah sebuah kota dan menjadikannya ikonis serta simbol kebebasan berekspresi.
''Harusnya (grafiti) bisa digunakan untuk mempercantik kota dan juga simbol kebebasan berekspresi,'' ucapnya
Dia juga menambahkan bahwa menurutnya terdapat solusi untuk permasalahan ini yaitu dengan memberikan tempat serta lahan yang memang dikhususkan untuk seniman-seniman ini berkarya.
''Ada beberapa space di jalan fatmawati untuk seniman berkreasi menurutku ya harus seperti itu, ada yang bilang seni grafiti itu merusak ada yang bilang ya enggak apa-apa. Tapi kalau menurut aku ini seni yang dilatih kalo di atur bisa jadi mempercantik kota,'' Jelasnya
Harapan diadakannya Flavs Festival
Dalam kesempatan ini Yacko juga menyampaikan harapan serta tujuan diadakannya Flavs Festival tahun ini adalah untuk mencari talenta-talenta baru yang handal dan dapat meneruskan semangat budaya Hip-hop, Soul dan R&B di Indonesia. Dia juga berharap bahwa gelaran festival ini akan terus berlanjut kedepannya.
''Kita selalu berharap Flavs menjadi sebuah rumah dari kultur Hip-hop, Soul dan R&B bisa mencari bibit-bibit, bisa growing sehingga tidak berhenti di tahun kedua, dan sebenarnya Indonesia masih memiliki banyak karya bagus dari grafiti, rapper, dj dan dancer dari berbagai daerah yang perlu di kembangkan,'' Pungkas Yacko.