Indonesia's digital music scene is alive and thriving, with a harmonious blend of local and international tunes. From streaming platforms to online stores, we want to share about that. Keep scrolling!
Ngomongin musik, nggak melulu soal karya kok! Satu hal yang sebenarnya orang suka lupain adalah pasar musiknya itu sendiri. Makanya di sini gue mau menulis hal apa aja yang wajib lo ketahui soal pasar musik digital Indonesia. Ini based on keterangan dari Dahlia Wijaya, Country Manager Believe untuk Indonesia.
Menurut press release yang didapat dari Eventori View, ternyata 38% orang Indonesia menggunakan layanan musik on-demand, setidaknya seminggu sekali. Namun, dalam hal pendapatan dari rekaman musik, Indonesia berada tepat di belakang Selandia Baru yang populasinya hanya 5 juta penduduk. Ini karena Indonesia adalah pasar di mana model streaming freemium jadi hal yang biasa banget.
Growth Streaming Musik yang Masif. Tapi…
Satu hal yang perlu diketahui tentang pasar musik Indonesia adalah sangat didukung oleh pertumbuhan konsumsi musik digital. Menurut Laporan Global IFPI 202322, streaming mewakili pangsa 90,6% dari total pendapatan musik pada tahun 2022 di Indonesia, terhitung $75,4 juta, angka yang naik +36,7% dari tahun 2021.
Tapi ini juga karena orang Indonesia adalah konsumen besar musik on-demand. Siapa sih yang nggak pakai Apple Music ataupun Spotify sekarang? Hehehe…
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Google, Temasek dan Bain Company 1 pada tahun 2022, 38% orang menggunakan layanan musik on-demand setidaknya seminggu sekali. Sebagai perbandingan, rata-rata adalah 28% untuk wilayah Asia Tenggara.
Masalahnya di sini. Ada yang gratis dan berbayar. Meski warga Indonesia doyan dengan musik digital, tapi untuk subscribe alias berlangganan masih berat hati. Dan mengubah hal ini tuh sulit banget loh. Dan di Indonesia masih ada di tahap awal. Hehehe…
Genre Musik yang Paling Dicintai di Indonesia Adalah…
Fyi, sekitar 5 tahun lalu tuh pasar musik di Indonesia dikuasai musik luar sebanyak 70% dan lokalnya 30%. Akhir-akhir ini, bagaimanapun, pasar telah menjadi jauh lebih lokal, orang mengkonsumsi banyak lagu-lagu Indonesia dan Jawa.
Genre musik utamanya adalah Indonesian Pop (dalam bahasa Indonesia). Kemudian meluas ke pop Jawa, yaitu pop dalam bahasa Jawa (55% orang di Indonesia adalah orang Jawa). Genre lokal lainnya termasuk pop Minang, Musik Batak, Musik Sunda, Musik Manado, Musik Papua, Musik Ambon.
Untuk memenuhi antusiasme publik terhadap pop modern lokal, kami memulai jejak melalui KithLabo yang bekerja dengan artis yang sangat populer seperti Hindia, Yura Yunita, Gangga, Idgitaf, RAN, Kunto Aji, Rendy Pandugo dan Hal.
Video Jadi Penyumbang Terbesar Pendapatan Streaming
Okay, format video jadi penyumbang pendapatan streaming sekitar 50%. Ini bisa dilihat dari musik dangdut ya. Sadar nggak, platform mereka adalah YouTube? Hehehe…
Dahlia Wijaya juga bilang kalau musik daerah di Indonesia seringkali merupakan integrasi yang erat antara musik dan tari. Semua orang senang melihat gambar dan mendengarkan musik pada saat bersamaan. Penonton ingin melihat tarian, bagaimana musisi bermain, dll. Itu sebabnya YouTube memberikan kontribusi seperti itu untuk musik daerah.
Fyi lagi nih, Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia dalam hal pengguna YouTube. TikTok? Ada di peringkat 4.
Dari sini juga muncul pendekatan baru, yaitu menggunakan video pendek. Saat ini, sebagian besar artis di sini melakukan pra-rilis pada platform video berdurasi pendek, seperti YouTube Shorts atau TikTok.
Mereka membagikan 15 atau 30 detik lagu, atau video musik, hingga tujuh hari sebelum rilis, untuk mendapatkan perhatian penonton. Jadi, ketika rilis penuh datang, semua orang sudah tau lagunya.
Kecepatan yang Hingar Bingar
Di Indonesia, artis, dan khususnya yang regional, dapat merilis satu lagu baru setiap minggu. Label regional bahkan dapat memiliki rilis baru setiap hari – dan setiap rilis dapat dilengkapi dengan video musik.
Di Indonesia, artis, dan khususnya yang regional, dapat merilis satu lagu baru setiap minggu. Label regional bahkan dapat memiliki rilis video baru setiap hari, didorong oleh fakta bahwa algoritme YouTube akan mendorong saluran dan kontennya ke pemirsa yang lebih besar, jika mereka aktif dan mengunggah konten berkualitas secara konsisten. Selain itu, algoritma TikTok dan Shorts dapat menarik perhatian ke video musik dan membuat orang datang menonton versi lengkapnya di YouTube. Ini adalah sesuatu yang telah diamati oleh tim kami di beberapa video artis kami.
Tren Cover…
Di dunia musik Dangdut, ada juga tren kuat dalam dua atau tiga tahun terakhir untuk
melakukan cover lagu. Lagu yang sama dapat direkam oleh lima artis berbeda pada saat yang sama dan dirilis pada lima label berbeda. Band dan artis dangdut mencari lagu yang akan viral dan mencapai jutaan. Dan meskipun mengejutkan, mereka sering berhasil, setiap cover dari lagu yang sama dapat dengan mudah menjangkau jutaan pemirsa.
Ini adalah tren yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir dan masih ada. Sulit untuk mengatakan apakah tren ini akan bertahan. Tapi saya percaya pada eksklusivitas dan orisinalitas lagu yang dapat menciptakan keterlibatan yang kuat antara artis dan penggemar. Oleh karena itu Dahila Wijaya terus mendorong para produser untuk membuat konten-konten eksklusif, sampai saat ini.
Okay, semoga tulisan ini jadi bekal kalian yang baru merintis di industri musik ya! Good luck!