Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila, lahirnya sebuah ideologi negara kita tercinta Republik Indonesia. Melihat kondisi saat ini, tampaknya masih banyak isu-isu terkait Pancasila yang menjadi persoalan di negeri ini. Mungkin akan menarik jika kita melihat hal ini melalui kacamata para pelaku industri hiburan, khususnya musik, yang tiap orang berhak terjun di industri ini terlepas dari suku, ras, agama dan keyakinan mereka.
Jika mengacu pada sila pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, semua orang berhak bertuhan kepada siapapun yang ia percayai. Namun masih banyak yang menyempitkan hal ini ke beberapa agama saja. Sebagai contoh, masih ditemukan beberapa lowongan kerja di industri kreatif yang mencantumkan ‘harus beragama Islam’. Hal ini juga pernah disuarakan oleh band cadas Seringai dalam lagunya yang berjudul “Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan).
Sedangkan jika dikaitkan dengan sila ke-2, kondisi saat ini sudah bisa dikatakan berjalan ke arah yang lebih baik karena memang sudah mulai tidak ada sekat sama sekali. Contohnya adalah sekarang setiap orang bisa berkarya tanpa adanya batasan, mulai dari produksi sampai output-nya.
Ditambah, dengan aktifnya kembali festival musik sebenarnya bisa membuat kesenjangan yang sering muncul menjadi hilang, karena dalam festival orang-orang bisa menikmati musik sesuka hati mereka dan tak memikirkan apapun. Ini selaras dengan sila ke-3 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”
Hal ini juga dikatakan oleh Mikha Angelo, salah satu personil The Overtunes yang sedang merambah ke dunia solo karir.
“Aku berharap banget sih, dengan kembalinya festival-festival musik yang digelar secara offline bisa membuat orang-orang saling menghargai satu sama lain dan meninggikan kebersamaan ya.” ujar Mikha saat ditemui di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Lalu, tumbuhnya acara-acara skala kecil dan kolektif, serta banyaknya kolaborasi untuk menghasilkan satu output bisa dikatakan mewakili isi dari sila ke-4. Karena dengan adanya kolaborasi dan acara kecil yang kolektif ini dapat dilihat sebagai bentuk ‘musyawarah’ untuk menghasilkan sesuatu.
Lalu, ada Rian Ekky Pradipta, atau dikenal sebagai Rian D’Masiv, yang mengatakan bahwa sampai saat ini masih banyak orang-orang yang memancing perpecahan lewat tulisan-tulisan di media sosial.
“Masih banyak perpecahan, di sektor manapun. Hanya karena modal tulisan saja, orang-orang bisa bertikai satu sama lain. Makanya saya berharap dengan adanya Hari Pancasila ini, tiap orang bisa merangkul, bisa menghargai satu sama lain, di tempat dia berada.” ujarnya saat ditemui di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Sampai saat ini, masih banyak yang bertengkar hanya karena perbedaan selera. Padahal, kita bebas memilih dan berpendapat tanpa adanya penindasan. Mengutip dari "Memaknai Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", hal ini juga pernah dikatakan oleh Bapak Proklamator kita, Soekarno yang juga tercantum pada sila ke-5 Pancasila.
“Keadilan sosial ialah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penghisapan.” Pusdatin (2021)
Sedangkan menurut Pamungkas, untuk mencapai ‘Pancasila’ masih membutuhkan waktu, Karena menurutnya, hal itu bukan merupakan hal yang gampang. Menyatukan mindset dan membuat perubahan masih sulit menurutnya.
“Masih otw (on the way), karena ngga gampang menyatukan perbedaan mindset. It’s not easy.” ujar Pamungkas
Berdasarkan pemaparan di atas, bisa dikatakan bahwa kondisi dunia musik dan industrinya di Indonesia masih otw ke arah sila ke-5 Pancasila. Mungkin salah satu obatnya adalah dengan terus mengadakan festival-festival musik offline. Bagaimana menurut kalian?