Setelah terkurung begitu lama di masa pandemi ini, harapan untuk dapat kembali seperti semula memang menjadi impian banyak orang. Tetapi kenyataannya, kita memang dituntut untuk mulai beradaptasi.
Sedikit angin segar mulai terdengar dari sektor hiburan, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengungkapkan bahwa pemerintah sudah mulai memberikan izin untuk mengadakan acara dan pertemuan berskala besar, dengan syarat tetap mematuhi pedoman yang diberikan.
"Mempertimbangkan perlunya kita mewadahi aktivitas masyarakat agar tetap produktif namun juga aman dari Covid-19, pemerintah kini dapat memberikan izin untuk mengadakan perhelatan dan pertemuan berskala besar yang melibatkan banyak orang, asalkan mematuhi pedoman penyelenggaraan yang telah ditetapkan," ujar Johnny G. Plate melalui keterangan resmi.
Selain kabar tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan pembelajaran tatap muka tahun pelajaran 2021/2022, juga menyatakan bahwa pembelajaran tatap muka terbatas akan mulai bisa dilaksanakan kembali, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada.
''Pembelajaran di perguruan tinggi mulai semester gasal tahun akademik 2021/2022 diselenggarakan dengan pembelajaran tatap muka terbatas, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,'' Jelas Nadiem Makarim.
Dengan mulai diizinkannya kembali acara dan pertemuan berskala besar, serta kabar bahwa perkuliahan tatap muka terbatas, banyak harapan baru yang timbul, salah satunya adalah bagaimana nasib dari konser-konser atau pentas seni yang diadakan oleh kampus,.
Beberapa tahun ke belakang memang sedang banyak acara hebat dan besar di Indonesia yang lahir dari ide serta kerja keras para mahasiswa dan mahasiswi di lingkungan kampus. Salah satunya adalah Kampoeng Jazz, sebuah festival internasional musik jazz tahunan yang diadakan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Muhammad Fajri Arvian, wakil ketua dari The 11th International Kampoeng Jazz, mengungkapkan harapannya agar konser musik kampus dapat dilaksanakan kembali, mengingat konser yang gagal dilaksanakan, dan belum adanya titik cerah semenjak adanya pandemi.
''Harapan saya tentunya konser musik kampus bisa dilaksanakan kembali. Sangat disayangkan banyak konser yang ditunda karena pandemi COVID-19, salah satunya The 11th International Kampoeng Jazz yang saya dan rekan-rekan hendak selenggarakan pada saat itu,'' ungkap Arvian.
Walaupun demikian, Arvian juga tetap khawatir perihal kesehatan dan keselamatan orang-orang yang terlibat. Menurut dirinya apabila akan diselenggarakan kembali konser kampus, perlu tetap memastikan prosedur dan protokol kesehatan yang ketat.
''Kalaupun memang nyatanya perizinan skala besar sudah dibuka kembali, perlu komitmen dan pedoman dari berbagai pihak untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan orang-orang yang terlibat. Sebagai contoh, dalam penyelenggaraan konser perlunya screening baik bagi penyelenggara maupun penonton untuk memastikan mereka sudah tervaksinasi serta konser diselenggarakan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Saya melihat konser dan kegiatan perkuliahan tatap muka pada masa pandemi ini perlu dilakukan dengan cara yang adaptif, berbeda dari masa-masa sebelum pandemi,'' sambung Arvian
Arvian juga menambahkan, bahwa dalam melaksanakan kembali konser kampus di masa pandemi ini memiliki tantangannya sendiri, dan menurutnya tantangan terbesar memang terkait risiko penularan virus Covid-19, bagaimana caranya menyelenggarakan konser dengan protokol kesehatan.
''Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyelenggarakan konser dengan protokol kesehatan. Hal diatas menurut saya agak tricky untuk dilakukan, karena bagaimanapun juga risiko penularan virus COVID-19 pasti ada. Perlu langkah-langkah preventif agar konser yang dilaksanakan tidak merugikan banyak pihak,'' jelas Arvian