"KKN di Desa Penari", Cuma Modal Thread Berujung Jadi Film Paling Laris Sepanjang Masa

"KKN di Desa Penari", Cuma Modal Thread Berujung Jadi Film Paling Laris Sepanjang Masa

Posted: May 20, 2022

Sebelum berbentuk film, “KKN di Desa Penari” adalah sebuah thread di akun Twitter anonim @SimpleM81378523. Thread yang dibuat pada tanggal 24 Juni 2019 ini berhasil memperoleh like 192,2rb, dan retweet mencapai 72,1rb. Sebuah angka yang fantastis untuk sebuah cerita yang kita tak tahu kebenarannya.

Sebelum berbentuk film, “KKN di Desa Penari” adalah sebuah thread di akun Twitter anonim @SimpleM81378523. Thread yang dibuat pada tanggal 24 Juni 2019 ini berhasil memperoleh like 192,2rb, dan retweet mencapai 72,1rb. Sebuah angka yang fantastis untuk sebuah cerita yang kita tak tahu kebenarannya. 

Bahkan semenjak thread ini keluar, muncul banyak spekulasi soal di mana latar kejadian tersebut. Karena memang informasi di cerita tersebut tak mendetail, dengan alasan ‘tak enak hati’. Oh satu lagi, akun @SimpleM81378523 ini hanya menceritakan kembali apa yang dia dapat dari pemilik cerita yang identitasnya dirahasiakan.

Hal ini lah yang membuat thread tersebut dipertanyakan keasliannya. Bahkan, ada akun Twitter dengan username @love_kadrun yang berkomentar bahwa adanya kematian di kegiatan KKN tersebut dilebih-lebihkan.

“Healah, itu KKN seangkatan sama saya kalo emang angkatan 06. Saya faham program KKN itu dan Kota S yg dimaksud. Ada juga yg ke kota B, dr 3 kampus benernya, tapi seakan ditutupi. Ada kisah, hanya gak sampek begitu, gak ada yg namanya anak KKN angkatan itu mati gegara badarawuhi.” ujarnya melalui cuitan di kolom komentar thread tersebut.

Meski begitu, antusiasme netizen Twitter tetap tinggi. Bahkan, para pembaca terhanyut dengan kisah horor tersebut. Hal ini berkaitan dengan psikologi manusia yang cenderung menyukai hal yang menyeramkan. Mau bukti? Meski ketakutan saat membaca ataupun menonton, manusia cenderung tetap meneruskan bacaan atau tontonan tersebut sampai habis hanya untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Hal tersebut berhasil dibuktikan oleh Film “KKN di Desa Penari” yang berhasil meraih status sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa, dan menggaet jutaan penonton tak lama setelah filmnya tayang. 

Mendingan, kita coba ulas lebih rinci tentang Film “KKN di Desa Penari” yang penuh kejutan ini.

Twitter sebagai medium baru untuk menulis script?

Berkat adanya film ini, bentuk adaptasi dari tulisan menjadi film bukan hanya melalui buku ataupun novel, melainkan bisa juga diadaptasi dari sebuah thread di Twitter. Bahkan ada yang beranggapan bahwa thread “KKN di Desa Penari” ini adalah sebuah script

Namun, ada sudut pandang menarik yang berkaitan dengan thread dan Film “KKN di Desa Penari”. Agustinus Gatot, seorang sineas sekaligus dosen di salah satu universitas di Bandung, mengatakan bahwa thread tersebut dibuat setelah script sudah selesai dibuat.

“Punten, gue malah menduga script sudah jadi baru dibikin thread di twitter, buat ngetes pasar, karena thread nya mirip sekali dengan gaya bercerita review film. Runut gitu loh... peduli setan ya dianggap masyarakat konspirasi, tapi gue berasumsi bahwa thread itu ngetes pasar, "laku ga sih script gue" baru dijadiin film.” ujarnya saat dihubungi Kamis lalu.

Meskipun demikian, argumen tersebut masih bisa dibantah karena kurangnya bukti. Namanya juga ‘teori’, belum tentu akan sama dengan apa yang terjadi di lapangan. Faktanya, film tersebut hanya menggunakan satu sudut pandang, sedangkan thread tersebut dibagi ke dalam dua sudut pandang. Tapi jika ditanya soal thread Twitter menjadi sebuah platform menulis script, bukankah itu ide yang menarik?

Karena menurut Hafidzh, seorang sutradara muda di skena indie dan juga bekerja sebagai Content Strategy di Visinema, film yang mengadaptasi thread Twitter bukanlah hal baru baginya. 

“Sebelum “KKN di Desa Penari”, juga udah ada yang sukses kok. Film garapan orang Thailand, nama sutradaranya tuh Nawapol, judulnya “Marry is Happy, Marry is Happy”. Jadi, thread di Twitter ini hanya medium ajah, karena sama-sama berangkat dari tulisan.” ujarnya.

Tersendat oleh pandemi selama 2 tahun, beneran tersendat atau ‘S3 Marketing’?

Setelah wacana untuk dijadikan sebuah film muncul di akhir tahun 2019, tahun 2020 tiba-tiba diserang pandemi. Seluruh sektor industri kreatif mati suri, dan otomatis rencana produksi film “KKN di Desa Penari” juga terhenti. Namun, ini ternyata momen luar biasa buat film “KKN di Desa Penari” yang semakin membuat penasaran para penikmat thread “KKN di Desa Penari” yang ingin melihat bentuk adaptasi filmnya.

Meskipun banyak juga yang kecewa dengan bentuk adaptasinya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa “KKN di Desa Penari” berhasil membuat perencanaan yang matang dalam waktu dua tahun pandemi tersebut.

Mereka bisa memanfaatkan waktu dan momen dengan baik. Selain genre horor dan mistis itu sangat dekat dengan orang Indonesia, memainkan rasa penasaran lewat sosial media menjadi trik jitu mereka untuk menarik para penonton dan berakhir dengan rekor sebagai film paling laris di Indonesia.

“Gue acungin jempol buat marketingnya. Marketingnya kan emang dapat waktu 2 tahun ya, harusnya rilis 2020 tapi karena covid jadi rilis 2022, dan dia tau waktu itu digunakan dengan baik selama 2 tahun. Diia tau gimana dunia bergerak di sosial media, tiktok dihajar habis2an. Soalnya filmnya sendiri sih menurut gue filmnya ga berkesan atau biasa aja. Sejujurnya!” ujar Agustinus Gatot.

Intinya, film ini berhasil dengan trik marketingnya yang luar biasa.

Dampaknya ke industri perfilman di Indonesia

Dengan munculnya “KKN di Desa Penari” sebagai film yang memecahkan rekor dengan penonton terbanyak, ini membawa angin segar untuk ekosistem film dan bioskop itu sendiri. Karena memang sejujurnya, tayangan film OTT tak bisa mengalahkan sensasi menonton langsung di bioskop. Suasana intim, dengan layar besar dan audio yang jernih membuat menonton di bioskop jauh lebih menarik.

Sepertinya, quotes dari Agustinus Gatot bisa membuat kita berpikir kembali soal menikmati dan menghidupi ekosistem film itu sendiri.

“Di film KKN ini seolah kita sadar bahwa ott lama2 bikin jenuh. Paling tidak KKN bikin kita sadar, bioskop masih tetap menarik.” Agustinus Gatot (Sineas/Dosen)

Jadi, bagaimana menurut kalian semua soal film “KKN di Desa Penari”? Apakah berhasil menghidupi industri film Indonesia yang sempat mati suri?

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:Opini,Film Indonesia,KKN di Desa Penari
SHARE
Recommendation Article