Backstagers Indonesia merupakan salah satu komunitas event terbesar di Indonesia, yang terbentuk pada 2013. Awalnya, para pelaku event di Jakarta berkumpul untuk melepas rasa rindu. Pertemuan itu akhirnya dibuat sebagai Regroup pertama, dan menghasilkan ide untuk membuat komunitas ini.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang tergabung di Backstagers Indonesia mulai menghubungi berbagai pihak, seperti vendor, talent, manajemen artis, show management, hingga lokal partner di beberapa kota.
Setelah itu, mereka mengadakan Regroup kedua pada 2014. Pada kesempatan itu, Backstagers Indonesia dideklarasi sebagai komunitas pelaku event. Sampai sekarang, anggota komunitas ini sekitar 500 orang.
Mulai dari situ, ada grup WhatsApp. Visinya dari awal pengin ngebangun network melalui Backstagers Indonesia, juga memberi informasi, edukasi. Selalu pengin ajak belajar bareng, karena event selalu berkembang terus, punya ilmu dari sisi panggung, lighting, pokoknya dari sisi event, ucap Harry Awil Kurniawan selaku Co-Founder Backstagers Indonesia dalam wawancara dengan Eventori.
Kata pria yang akrab disapa Awil itu, banyak anggota yang senang bergabung dengan Backstagers Indonesia, karena mereka santai dan lebih ke pertemanan. Mereka pun menggelar acara Regroup setiap tahunnya.
2019 bikin Regroup yang keempat cukup besar, dua hari. Kita bikin workshop, conference, ada sekitar 20 pembicara dari event organizer, ucap Awil.
Backstagers Indonesia cukup banyak menyelenggarakan event bersama Kementerian Pariwisata. Maka dari itu, Backstagers Indonesia semakin mendapat desakan agar dikelola sebagai organisasi legal, dalam bentuk asosiasi.
Akhirnya, Backstagers Indonesia menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) pertama pada hari ini, Kamis (26/11). Di acara itu, mereka akan memilih ketua umum yang akan membangun jajaran pengurus untuk empat tahun ke depan, dan mengesahkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Awil mengatakan bahwa terdapat kurang lebih 100 perusahaan event organizer (EO) dari Sabang sampai Merauke, yang sudah mendaftarkan diri menjadi anggota asosiasi.
Karena kita sudah mulai legal, otomatis anggotanya harus yang sejenis. Akhirnya, kita mulai mengkhususkan diri untuk asosiasi event organizer, jadi perusahaan event organizer saja yang boleh menjadi anggota asosiasi Bacstagers Indonesia. Tapi, komunitas Backstagers Indonesia-nya masih ada, tutur Awil.
Harapan setelah diselenggarakan Munas, Backstagers Indonesia bisa menjadi wadah penting di dunia event. Apalagi, berkaitan dengan agenda Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa akan ada destinasi wisata yang dikembangkan.
Untuk sebab itu, destinasi wisata itu harus siap SDM kalau nantinya akan banyak event-event skala nasional maupun internasional yang siap digelar di kota masing-masing. Maka dari itu, visi misi kita terus belajar, berbagi ilmu, supaya program-program pemerintah dan juga keterbukaan buat teman-teman di daerah untuk bisa jadi EO yang menyelenggarakan acara skala nasional maupun internasional, jelasnya.
Selain itu, Backstagers Indonesia juga tetap akan mengupayakan agar standarisasi kerja di semua perusahaan EO lokal maupun Jakarta, punya standarisasi kerja yang sama dari sisi kualitas dan pengembangan SDM.
Berikutnya, regenerasi. Dunia event ini semakin berkembang dan banyak orang yang lirik, sehingga sekarang beberapa kampus ada yang sudah membuat semacam mata kuliah tambahan, event management. Itu bagian dari kita untuk mendapatkan tenaga baru dengan kerjasama dengan kampus. Itu program ke depannya yang akan dijalankan oleh pengurus nantinya, ungkap Awil.
Lantas, apa acara yang akan digelar oleh Backstagers Indonesia setelah Munas?
2021 kita mau bikin Regroup. Harusnya tahun ini, tapi karena pandemi, tadinya dilaksanakan Maret, kita cancel. Regroup itu festival kita ada exhibition, workshop, hiburan. Tahun depan Regroup kelima, kalau izin saja sudah boleh, kita laksanakan, pungkas Awil.