Nasib Industri Radio Sekarang dan Kedepannya

Nasib Industri Radio Sekarang dan Kedepannya

Posted: Jan 22, 2022

Eventori mengajak kita untuk menelaah dan memahami keadaan radio dan prediksi nasibnya di masa depan.

Radio pernah menjadi primadona anak muda di jamannya, kini hal tersebut bisa dibilang hanya sebuah cerita dengan semakin banyaknya opsi hiburan yang ada. Media konvensional seakan tertinggalkan. Perkembangan zaman memang sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, dan media konvensional harus mencari jalan untuk selalu relevan.

Pada hari radio nasional yang bertepatan pada tanggal 11 Oktober ini, Eventori mengajak lagi kita untuk menelaah dan memahami keadaan medium yang melahirkan banyak musisi, serta mencoba menaksir kemungkinan potensi di tengah lautan konten yang bervariasi.

Radio di Era Digitalisasi

Menurut Iqbal Tawakal selaku Brand Manager dari radio yang bertitel nomor satu yaitu Prambors. Radio masa kini memang harus menciptakan berbagai ide serta berani bertaruh pada digitalisasi demi meraih minat muda-mudi.

Kalo yang dicari sekarang, kita mencari sesuatu yang dilihat sekarang, maksudnya kaya di tempat gua saja akhirnya kita berusaha untuk menciptakan platform yang lain untuk menikmati Prambors ini nggak cuma secara audio, ungkap Iqbal

Iqbal menyampaikan bahwa media konvensional seperti radio perlu mengikuti apa yang sedang di gandrungi dalam menciptakan suatu konten. Karena relevansi dengan apa yang sedang diminati oleh pendengar merupakan kunci untuk menarik minat di antara maraknya konten digital.

Kontennya memang harus bener-bener ikutin, karena kan sekarang nonton TV saja jarang, seringnya nonton Youtube, kita kan jadi ngikutin yang gitu-gitu supaya menarik, jelas Iqbal

Nastasha Abigail seorang penyiar dari Jak FM juga mengungkapkan bahwa radio harus selalu peka terhadap berbagai pembuat konten audio dan bukan hanya berfokus pada pesaing sesama radio.

Kedepannya radio harus aware sama konten-konten kreator audio dan bukan liat pesaing radio lain kalo inovasinya ketinggalan dari konten, Abigail

Kedekatan Pendengar yang Sulit Terganti

Tetapi menurut Feli salah satu penyiar dari Hardrock FM mengungkapkan bahwa saat ini, radio masih memiliki pasarnya sendiri. Terutama dengan mahirnya seorang penyiar mendekatkan dirinya kepada pendengar.

Di radio masih ada penyiarnya ini yang memang masih jadi lidah penyambung rakyat. Kaya cerita-cerita yang oh ternyata relate nih sama gue dan penyiarnya juga ngerasain kaya begitu makanya mereka dengerin makanya mereka nyariin, ungkap Feli

Feli menambahkan bahwa menurutnya radio juga memiliki hal yang tidak dimiliki oleh media digital, dimana kita dapat memilih sesuka hati. Karena radio masih menyimpan kejutan di setiap lagu yang dibawakan.

Sebenarnya yang nggak ada di platform lain adalah surprise songnya itu loh, lu nggak tahu abis ini tuh apa, ungkap Feli

Walaupun demikian memang tidak bisa dipungkiri bahwa radio saat ini telah banyak berubah jika dibandingkan dengan masa lampau. Menurut Iqbal Interaksi yang terjadi antara pendengar dan penyiar sekarang dapat terjadi secara langsung. Pemanfaatan media sosial pun salah satu dari bentuk adaptasi radio agar tetap bertahan.

Bentuk engagement nya juga beda ya, menurut gua dengan digital gini jadinya sesimple Instagram Story, itu jadi bentuk engagement yang baru buat gua, kan kalo dulu SMS, telepon sekarang itu banyak, ungkap Iqbal

Siniar: ancaman dan masa depan bagi radio

Ke depannya adaptasi-adaptasi seperti itu memang harus selalu dikembangkan, terutama dengan menjamurnya media hiburan berbasis audio seperti siniar atau yang lebih dikenal dengan nama podcast.

Abigail yang merupakan penyiar sekaligus pelaku siniar, juga mengungkapkan pandangannya terhadap keresahan yang dialami pemain industri radio dengan datangnya siniar di lautan persaingan media audio

Menurut Abigail media besar seperti radio tidak perlu merasa terancam dengan adanya siniar, justru dengan adanya pesaing baru seharusnya menjadi pacuan bagi media konvensional untuk terus berinovasi.

Karena podcast ini baru dimulai, bagaimanapun media yang sudah ada itu kan punya dukungan yang besar dan punya tim yang cukup besar juga harusnya itu bisa jadi amunisi dan inovasi akan berbahaya buat radio kalo engga menyesuaikan diri dengan yang ada, ungkap Abigail

Iqbal juga menyampaikan bahwa dibalik kekhawatiran dengan maraknya siniar, masih terdapat sisi positif yang diterima oleh radio. Karena dengan semakin besarnya pasar siniar, akan semakin banyak pula orang yang menikmati konten berupa obrolan. Dengan begitu radio pun perlu menyesuaikan strategi program agar lebih didengarkan.

Gara-gara ada podcast orang time spend listening nya di radio tuh kok jadi lebih gede ya, apakah orang udah demen orang ngobrol gitu ya, akhirnya jadi supaya (pendengar) ngga bosen denger lagu doang, ungkap Iqbal

Dalam memandang permasalahan terkait siniar dan radio, Abigail menyuguhkan solusi berupa analogi. Baginya dengan adanya kedua industri ini bukanlah untuk saling membunuh satu sama lain, melainkan untuk saling berbagi kebutuhan dari pendengar.

Radio ibaratnya surat kabar atau koran yang informasi nya tuh penting dan cepat, podcast tuh lebih kaya majalah yang sifatnya timeless yang lebih cair tapi keduanya punya kunci masing-masing untuk mengoptimalkan fungsinya, supaya akhirnya pendengar membutuhkan dua-duanya, pungkas Abigail

Dengan berbagai inovasi yang sudah terjadi di radio saat ini, banyak yang sudah membuat prediksi bagaimana media ini akan berlabuh ke depannya, salah satunya adalah Iqbal yang membaca potensi radio, dari yang sebelumnya bergantung pada jam siaran mungkin kedepannya akan beralih menjadi media yang sesuai permintaan.

Kalo menurut gue, justru dari kacamata bisnisnya, gue mikir lima tahun sepuluh tahun kedepan pada akhirnya radio bakal jadi on-demand, Iqbal

Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article