Nasionalisme Lewat Musik Apakah Masih Relevan Untuk Saat Ini?

Nasionalisme Lewat Musik Apakah Masih Relevan Untuk Saat Ini?

Posted: May 19, 2022

Sampai saat ini, musik dianggap sebagai salah sarana untuk menyampaikan isi hati. Mulai dari rasa gundah, sedih, senang, bentuk protes, sampai rasa nasionalisme bisa disampaikan lewat musik. Dengan kemasan musik dan lirik yang relatable, pesan yang akan disampaikan akan jauh lebih mudah diterima oleh pendengar.

Sampai saat ini, musik dianggap sebagai salah sarana untuk menyampaikan isi hati. Mulai dari rasa gundah, sedih, senang, bentuk protes, sampai rasa nasionalisme bisa disampaikan lewat musik. Dengan kemasan musik dan lirik yang relatable, pesan yang akan disampaikan akan jauh lebih mudah diterima oleh pendengar.

Hal ini yang membuat para musisi dan penulis lagu lebih sering menyampaikan isi hatinya lewat lagu. Sedangkan untuk para pendengar, mereka bisa lebih mendalami perasaannya ketika mendengarkan lagu yang cocok dengan suasana hati.

Namun, hubungan tersebut akan sinergis jika tema yang diangkat adalah hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Lantas bagaimana jika tema yang diangkat adalah soal ‘Nasionalisme’?

Menurut penuturan Giannuca atau bisa dipanggil Nuca, menyampaikan “Nasionalisme” lewat lagu masih ada dan masih relevan hingga saat ini. Namun, cara penyampaiannya saja yang berubah, menjadi tersirat dan lebih banyak menggunakan metafora.

“Mungkin sampai sekarang masih ada, tapi ngga secara tersurat ya, tapi tersirat dari segi liriknya. Beda dengan zaman dulu yang lebih ekspresif.” ujar Nuca saat ditemui di Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Ada benarnya juga dengan apa yang dikatakan Nuca terkait perbedaan zaman. Namun satu hal yang pasti, di tiap-tiap zaman rasa ‘Nasionalisme’ itu akan sampai ke hati pendengar kalau memang dibuat dengan jujur dan mengedepankan realitas, bukan hanya sekadar mengarang bebas agar terlihat keren dan punya pemikiran bebas.

Seperti apa yang dikatakan oleh Heikal, yang aktif di musik dengan moniker Binar, bahwa bermusik itu harus memperhatikan apa yang kita rasakan dan ada unsur kedekatan dengan apa yang disuarakan.

“Kalo gue pribadi, yang perlu diperhatikan lebih ke arah lo harus bisa rasain atau ngerasa relate dengan apa yang lu suarakan, alias ngga ngarang. Dan menurut gue, hal yang paling relevan untuk diangkat adalah kesejahteraan para buruh.” ujar Binar.

Untuk melihat relevan atau tidak, seberapa berpengaruh atau tidak, itu tergantung dari seberapa kuat lagu itu mewakili tiap lini masyarakat. Sebagai contoh, betapa megahnya lagu “Garuda di Dadaku” milik NTRL yang bisa mewakili seluruh pecinta sepak bola Indonesia, menjadi lagu yang mampu membuat sekujur tubuh merinding ketika dinyanyikan bersama-sama.

Fenomena yang menarik melihat betapa luar biasanya impact yang diberikan NTRL lewat lagunya tersebut. Pada Piala AFF 2010 yang lalu, lagu “Garuda di Dadaku” menjadi salah satu anthem bagi seluruh suporter Indonesia. Lalu hal ini terus berlanjut sampai lagu ini menjadi salah satu hal yang ikonik dari suporter sepak bola Indonesia.

Saking populernya, lagu ini bahkan sempat diwacanakan akan menjadi lagu kebangsaan lewat Kemenpora, namun entah bagaimana kelanjutannya.

Selain “Garuda di Dadaku”, masih banyak lagu-lagu dengan tema ‘Nasionalisme’ yang dibuat oleh musisi-musisi lokal. Salah satunya adalah lagu “Bendera” milik Coklat. Kalian pasti tak asing dengan lagu ini, yang merupakan lagu wajib entah di acara sekolah atau kampus, lagu wajib festival ataupun penutupan kegiatan-kegiatan kepemimpinan.

Namun, kalau melihat beberapa contoh lagu di atas, kebanyakan lagu-lagu anthemic dengan tema ‘Nasionalisme’ lahir di bawah tahun 2010. Pertanyaan selanjutnya adalah, kenapa sampai detik ini lagu-lagu yang anthemic ini tak lahir kembali?

Ada beberapa kemungkinan sebetulnya, mulai dari tidak ada kedekatan mengenai hal tersebut dengan para penikmat musik di era sekarang sampai para musisi-musisi generasi millenials dan Gen Z yang lebih memilih mengangkat persoalan pribadi ataupun hal-hal yang mereka lihat dan rasakan sendiri.

Hal ini menjadi berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Binar, bahwa musik adalah penyampaian rasa, yang berarti harus ada kejujuran dan kedekatan tema dengan sang pengarang.

Jadi, jika ditanya soal relevan atau tidak, jawabannya adalah tergantung. Apakah berpengaruh atau tidak? Tergantung. Semua balik lagi ke cara penyampaian musisi lewat lirik, tema, dan musiknya. Jika dirasa kurang riset dan hanya sekadar ikut-ikutan, bisa dipastikan menyebarkan rasa ‘Nasionalisme’ lewat sebuah lagu menjadi hal yang mustahil dilakukan.

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:Opini,Musik,Nasionalisme
SHARE
Recommendation Article