Nazla Alifa adalah seorang kreator konten sekaligus pemilik perusahaan yang bergerak di bidang kreatif, yaitu Kaca Kreatif. Perusahaan ini menaungi beberapa talenta hingga memproduksi konten.
Mereka menjadi jembatan antara brand dengan para kreator konten. Selain memiliki talent premium, mereka juga memiliki database puluhan ribu kreator konten di seluruh dunia, mulai dari nano hingga mega.
Nazla mengaku lebih senang disebut sebagai seorang kreator konten, dibanding influencer. Menurutnya, influencer adalah sebutan yang diberikan oleh orang lain kepada seseorang.
Aku lebih prefer dibilang kreator konten, karena influencer itu title given by orang lain. Orang bisa dianggap sebagai influencer, di saat audiens terpengaruh dari message yang kita selipkan dan sampaikan di konten yang dibuat. Entah tersampaikan secara sadar atau di bawah alam sadar. Itu baru bisa disebut sebagai influencer, ucap Nazla dalam wawancara dengan Eventori, usai menjadi pembicara di Digital Content Event 2021.
Seorang kreator konten harus memiliki personal branding. Nazla pun punya cara tersendiri untuk membangun personal branding. Sampai sekarang, personal branding yang telah dibangun olehnya masih konsisten.
Yang penting harus tau brand identity kita, know your target market, harus tau kita marketnya orang seperti apa. Harus konsisten, persisten, dan harus tau goals-nya apa, beber Nazla.
Selama menjadi kreator konten, Nazla telah berkolaborasi dengan berbagai brand, salah satunya adalah brand internasional Louis Vuitton. Dia mengaku bangga dengan hal tersebut.
Berterima kasih banget sama brand yang kerjasama sama aku, yang sudah mempercayai aku untuk mempromosikan produk dan brand-nya dan aku juga ngerasa motivated lagi, if I can get this, I can get more. There is no limit to my goals, di mana aja kerja keras, itu pasti akan terbayar, katanya.
Seorang kreator konten bisa menjadi inspirasi bagi para pengikutnya. Bagi Nazla, tak semua konten bisa diunggah ke media sosial. Dia memilih untuk tak mengunggah momen saat dirinya sedang merasa emosi dan mengunggah berbagai konten yang positif.
Kata Nazla, unggahan yang sudah masuk ke media sosial dan sudah tersebar, maka itu akan ada selamanya di sana. Apabila mengunggah konten yang kurang baik, dia tak ingin energi buruk yang dirasakannya saat itu terkirim ke pengikutnya.
Untuk mempunyai title kayak, gue mau jadi diri sendiri di Instagram itu bisa menjadi toxic statement, karena menjadi diri sendiri bukan berarti kita harus share hal-hal negatif tentang diri kita. Menurut aku, jangan sampai menjadi diri sendiri menjadi toxic statement. Jangan dijadikan tameng menjadi diri sendiri itu hal yang benar, karena belum tentu yang menerima itu sesuai umurnya, imbuh Nazla.
Menurut Nazla, bagaimana masa depan dari kreator konten?
Sekarang banyak banget industri yang harus tutup, karena ada pandemi yang tak terduga. Tapi, karena ada sosial media yang bisa kita akses, yang bisa tetap berjalan dan membantu industri-industri yang lagi going down ini adalah si kreator konten industri ini. Jadi, menurut aku future-nya masih jauh banget, peluangnya masih gede banget, ujar Nazla.
Karena bidang-bidang pekerjaan apapun bisa dihubungkan dengan kreator konten dan menurut aku kreator konten itu adalah hal yang paling tepat untuk menyampaikan message, message itu bisa disampaikan dalam sadar maupun di bawah alam sadar. kreator konten punya peran penting di situ, sambungnya.