Fenomena konser Taylor Swift, Cold Play dan Bruno Mars yang menggelar konsernya lebih dari dua hari di negara tetangga Singapura, dan menjadikan devisa bagi negara memantik pemerintah Indonesia untuk mau ikutan menggelar acara serupa di tanah air. Sampai-sampai Menko Marinves Luhut B. Panjaitan angkat bicara, ingin menggelar event konser artis manca di Indonesia, setidaknya mengikuti jejak Singapura yang meraup untung dari pendapatan devisa buat negaranya dari sektor hiburan.
Adalah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, dalam hal ini Departemen Seni Musik dan Film bekerjasama dengan Apresiasi Musik Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI menggelar diskusi dengan mengambil tema: “Bisnis Konser Musik dan Cuan untuk Negara” di Hotel Harris, Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat minggu lalu.
Acara dibuka oleh Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun dan Kepala Apresiasi Musik Direktorat PMM Dirjen Kebudayaan Edi Irawan. Dalam sambutannya, Hendry Ch Bangun mengapresiasi diskusi tersebut yang akan menghasilkan sebuah solusi, khususnya dalam membangkitkan industry musik Tanah Air, dengan mengambil contoh kehadiran penyanyi Taylor Swift di Singapura yang secara mengejutkan menjadi magnet kuat dengan menghadirkan ekonomi besar ke negara tersebut.
Berangkat dari Kegelisahan Konser Taylor Swift di Singapura…
“ Temanya diskusinya sangat menarik, “Bisnis Konser Musik dan Cuan untuk Negara”. Ini merujuk dengan kesuksesan Konser Taylor Swift yang mendatangkan ekonomi besar untuk Singapura beberapa waktu lalu. Dari diskusi ini kita harapkan menghasilkan rumusan terbaik untuk nantinya bisa untuk dikomunikasikan lebih lanjut antara promotor musik dengan pemerintah ,” kata BangHendry, sapaan akrab buatnya.
Edi Irawan dari Kemendikbud menambahkan, apa yang dihasilkan dari diskusi ini nantinya bisa menjadi masukan-masukan kepada pihaknya apa yang bisa untuk diteruskan kedepannya.
“ Diskusi dengan teman-teman wartawan dan juga para pelaku di industri musik dalam hal ini promotor, tentunya banyak masukan-masukan apa saja yang belum kami lakukan untuk nantinya bisa ditambahkan dan dirumuskan bersama-sama. Saya kira diskusi ini sangat baik sekali ,” ucap Edi Irawan.
Pembicara utama dalam diskusi tersebut adalah CEO Deteksi Production, Harry Koko Santoso dan Country Director ONErpm di Indonesia Aldo Sianturi.
Menurut Harry Koko, konser musik di manapun diselenggarakan pasti menjadi Daya tarik orang untuk menonton, Artinya konser bisa diselenggarakan di kota sampai di desa, di laut sampai di Gunung. Bahkan di udara seperti yang dilakukan Virgin Airlines yang menggelar grand launching perusahaannya melakukan konser musik di dalam pesawat pada saat mengudara .
“ Soal konser Taylor Swift di Singapura yang mendatangkan protes dari negara tetanga, ini adalah kejelian promotor Singapura mengajak agensi dan artis managemen mereka percaya si Singapura mendapatkan keamanan, kenyamanan dan kemudahan. Cukup konser di Singapura, fasnya dari negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia akan terbang ke Singapura untuk menyaksikan penyanyi idolanya. Inilah yang terjadi sekarang ,” jelas Koko.
Pemerintah Harus Mendukung Penuh Event Konser-Konser Lokal dan Internasional…
“ Peran pemerintah di Singapura sangat penting dalam memberikan akses kemudahan, fasilitas sampai dengan keamanan dan kenyamanan pada artisnya dan juga penontonnya. Maka penonton dari negara lainpun tak segan datang ke Singapura. Penyanyi, musisi pun merasa tenang dan nyaman serta yakin, konsernya akan sukses ,” sambungnya.
Aldo Sianturi mengatakan, Indonesia harusnya bisa melebihi Singapura dalam hal pergelaran konser. Namun bukan menirunya. Namun, bagaimana caranya pemerintah hadir dan ada juga ikut support memperbaiki ekosistem industri musik, infrastruktur bisnis pertunjukan.
“ Pemerintah harus hadir mendukung setiap event konser. Bisa juga mendukung penuh festival musik yang sudah ada di Indonesia, mulai dari perizinan yang mudah, pajak yang ringan, atau dari sisi pendanaan. Atau, mendukung para musisi yang ingin bertandang keluar negeri karena undangan, atau kompetisi. Kita punya banyak potensi besar musisi-musisi daerah dengan karakter yang kuat. Justru kita bisa mengekspor musik Indonesia ke negeri lain. Untuk konser seperti Taylor Swift, saya yakin Indonesia bisa, bila pemerintah mendukungnya dengan maksimal dalam segala hal ,” tegas Aldo Sianturi yang hadir sebagai pembicara denga tema: Melibatkan Musik Tradisional dan Stakeholder Panggung Konser Tersertifikasi Dalam Konser Internasional.
Merangkum rangkaian dua diskusi yang digelar sekaligus, Ketua Simufil PWI Pusat Benny Benke merangkum Tema Bisnis Konser Musik dan Cuan untuk Negara serta Tema Melibatkan Musik Tradisionaldan Stakeholder Panggung Konser Tersertifikasi Dalam Konser Internasional, ia menilai, peran penting pemerintah sangat besar untuk mendukung keberlangsungan konser-konser di Tanah Air dan juga membawa musisi Indonesia tingkat nasional dan daerah ke mancanegara. Dengan demikian, cuan atau investasi ekonomi dalam sektor industry music akan terus berkembang dan mampu berdampak besar untuk ekonomi bangsa.
“ Kerjasama dan dukungan besar pemerintah terhadap sebuah konser dalam negeri sangat penting sekali. Apa yang disampaikan narasumber diatas, merupakan masukan penting agar kedepannya kita bisa lebih besar lagi menggelar konser-konser dunia di Tanah Air dan konser musisi dalam negeri untuk bangkitkan ekonomi bangsa melalui pergelaran musik. Kita bisa cuan seperti Singapura dengan faktor Taylor Swift-nya,” ucap Benny Benke.
“ Forum diskusi ini tidak selesai sampai disini, kita akan terus menggelar diskusi-diskusi lainnya tentu dengan tema-tema yang hangat dan kekinian untuk jadi bahan masukan kepada Pemerintah dan stakeholder industri konser tanah air. Ini sumbangsih kami, para wartawan buat negara ini ,” tandas Benny Benke semangat. (Arey)