“Pengabdi Setan 2: Communion" Suguhkan Warna Baru Film Horor Indonesia

“Pengabdi Setan 2: Communion" Suguhkan Warna Baru Film Horor Indonesia

Posted: Aug 07, 2022

Melihat maraknya film horor di Indonesia, mungkin beberapa orang mulai bosan dengan suguhan yang itu-itu saja. Termasuk saya sendiri. Mungkin, ini yang dilihat oleh sosok Joko Anwar sehingga bisa mengemas “Pengabdi Setan 2: Communion” dengan begitu padatnya. 

Melihat maraknya film horor di Indonesia, mungkin beberapa orang mulai bosan dengan suguhan yang itu-itu saja. Termasuk saya sendiri. Mungkin, ini yang dilihat oleh sosok Joko Anwar sehingga bisa mengemas “Pengabdi Setan 2: Communion” dengan begitu padatnya. 

Mulai dari build up cerita yang perlahan, sampai porsi jumpscare yang pas dan tak monoton menjadi poin penting dalam film "Pengabdi Setan 2: Communion". 

Ketika menonton, saya disuguhkan dengan cerita yang padat, sinematografi yang ciamik, dan jumpscare yang terkonsep. Tak ada satupun hal yang sia-sia, kecuali satu; adegan penyembahan para Pengabdi yang menurut saya terlalu membuat pusing dengan penyajian visual seperti itu. Tapi balik lagi, ini tak menampik bahwa kemampuan seorang Joko Anwar dalam menggarap sebuah film.

Build up cerita dari awal sudah cukup padat dan perlahan. Segala gambar yang disajikan tampak mempunyai sebuah alasan. Pengambilan dan pemilihan gambar juga menegaskan betapa matangnya produksian ini. Shout out to Joko Anwar dan Ical Tanjung. 

Dari sisi sound dan scoring, tampak tak ada celah. Jujur, karena semuanya tampak pas ketika bersatu dengan visual yang disajikan. Scoring dan SFX juga menjadi faktor penting mengapa film “Pengabdi Setan 2: Communion” ini sungguh mencekam. 

Memakan waktu 5 tahun bukan jadi hal yang sia-sia, karena faktanya film ini hadir hampir tanpa celah, dan meningkatkan standar industri film horor di Indonesia. Pemilihan pemeran-pemeran untuk karakter baru juga terlihat cukup matang. Ini juga pembuktian kejelian Joko Anwar dalam memilih cast

Para karakter baru ini terlihat klop dengan karakter lama. Mereka berhasil menyesuaikan tone sehingga membuat deretan karakter di film "Pengabdi Setan 2: Communion" menonjol sepanjang di sepanjang film. . 

Satu hal yang patut diacungi jempol adalah sinematografinya. Ical Tanjung sebagai sinematografer berhasil memberikan pengalaman visual yang mencekam sekaligus indah. Estetika bercampur ketakutan berada dalam satu kemasan yang membuat kita sebagai penonton merasakan impact luar biasa. 

Sebagai sebuah film horor, menurut saya "Pengabdi Setan 2: Communion" adalah paket lengkap sebuah film. Rasa greget dan ketakutan bercampur jadi satu. Satu hal yang berbeda dari film pertamanya adalah, sekuel ini menghadirkan rentetan adegan yang membuat kita ingin meremas kursi saat menonton. Jadi tak hanya jumpscare saja. Bahkan, saya sendiri beberapa kali memalingkan wajah saat menonton. 

Satu hal yang sedikit membingungkan adalah, mengapa adegan menuju scene terakhir terasa begitu drop ya? Tak memberikan rasa klimaks yang diharapkan. Saya merasa seperti “lah kok gini sih?” lalu meninggalkan jejak-jejak kebingungan di kepala. Adegan menuju akhir menurut saya juga di luar ekspektasi saya. Terlihat seperti agak maksa.

Tapi, tetap saja menurut saya "Pengabdi Setan 2: Communion" berhasil menancapkan suatu standar baru untuk film horor Indonesia.

Writer: Cakra Mahardhika Kevlana
TAGS:Film,Opini,Pengabdi Setan 2: Communion
SHARE
Recommendation Article