Melihat film animasi di masa kecil memang kenangan yang sangat mengasyikan, terutama dengan keluguan serta kepolosan anak kecil yang masih melihat segala sesuatu menarik. Tetapi dibalik keseruan tersebut terdapat pemeran di balik layar yang bahkan kurang diketahui banyak orang.
Mereka adalah orang-orang yang memberikan nyawa melalui suara, yaitu seorang dubber atau pengisi suara film, pekerjaan yang jarang dilihat orang tetapi sering kita dengarkan di berbagai film kesayangan.
Salah satu dari pengisi suara film yang telah banyak berkecimpung di dunia suara sejak lama adalah Tisa Julianti. Dengan suara khasnya dalam memerankan berbagai peran princess dari salah satu media hiburan terbesar dunia. Dia berhasil memikat banyak gadis belia untuk memiliki impian menjadi seorang putri.
Menjadi dubber itu tantangannya kita harus menjadi karakter orang lain, yang membutuhkan ilmu luar biasa, dan imajinasi yang sangat luas untuk belajar berbagai karakter. Karakter manusia itu kan berbeda-beda, apalagi di dalam sebuah film. Kita dituntut untuk bisa setidaknya 90 persen sama seperti tokoh yang kita isi suaranya, ungkap Tisa yang sudah berkecimpung di dunia suara selama 29 tahun.
Setuju dengan pernyataan tersebut, Indra Bekti yang pernah menjadi pengisi suara dalam film animasi juga menyatakan bahwa tantangan menjadi seorang pengisi suara adalah mendapatkan emosinya, bagaimana dirinya dapat menyesuaikan perasaan dan emosi dari karakter yang ia perankan.
Tantangan menjadi dubber film itu emosinya, kita harus menyesuaikan feel-nya, kemudian menyamakan bibir, kita juga harus memainkan emosi dari pemainnya juga, jadi kaya main film juga, ungkap Indra
Indra kemudian menambahkan sedikit tips untuk orang-orang yang ingin terjun ke industri pengisi suara, baginya hal terpenting adalah bagaimana seorang pengisi suara dapat mengenali karakter suara yang akan diisi, serta memperhatikan teknik seperti intonasi, serta artikulasi.
Kita harus mengenal dulu seperti apa karakter yang mau diisi suaranya, terus kemudian kita harus memiliki talent entah dari suaranya, kita bisa punya karakter. Kita juga harus mendalami karakternya, intonasinya, artikulasinya itu harus kita pelajari, dan harus sering nonton film juga, ungkap Indra
Tisa juga menjelaskan bahwa walaupun di belakang layar, tetapi penting bagi seorang dubber untuk memerankan peran sebaik mungkin, baginya ekspresi wajah dan gestur perlu diterapkan oleh seorang dubber meskipun tidak akan terlihat di filmnya.
Basic-nya voice acting, jadi kita berakting sebagai orang lain, kalau wajahnya nggak menjadi orang yang aku perankan, yang keluar jujur akan nggak terlalu bagus. Menurut aku pribadi semuanya dipakai, wajahnya harus ekspresif, seperti si karakternya. Tapi kembali tergantung karakternya, kalau karakternya memang flat gak mungkin juga kita terlalu ekspresif. Pokoknya sesuai sama karakter aslinya, jelas Tisa.
Ketika ditanya mengenai seberapa perlu film animasi asal luar negeri untuk di dubbing atau sulih suara ke Bahasa Indonesia, kedua pengisi suara dengan latar belakang berbeda ini sepakat bahwa hal tersebut diperlukan jika ingin menggapai pasar-pasar yang lebih luas terutama anak kecil.
Menurut aku dubbing film asal luar negeri ke Bahasa Indonesia itu tergantung yang punya bisnisnya, mau menjangkau masyarakat luas yang di dalem desa, kota, dan lain-lain nggak? Kalau mau menjangkau kan kadang-kadang ada anak kecil yang maunya dengerin suara langsung atau yang belum bisa baca, dan lain-lain, jelas Tisa.
Indra juga menambahkan bahwa baginya sulih suara film animasi ke Bahasa Indonesia merupakan hal yang baik, dimana anak-anak akan lebih memahami pesan yang disampaikan dari film tersebut.
Kalo dari sisi dubber, pengennya semua film animasi yang ada dari luar itu di dubbing Bahasa Indonesia, lebih kepada aku bisa mendapatkan pekerjaan mungkin dari situ, kemudian kepentingan untuk anak-anak yang belum bisa bahasa asing, nonton film animasi kan mungkin ada edukasinya dengan Bahasa Indonesia, jelas Indra
Kita berharapnya dari segi harga kita para dubber atau voice over iklan disejajarkan dengan para artis, karena harganya beda nih sama artis yang jadi dubber. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan karena mereka sudah punya nilai jual sendiri, ungkap Tisa.
Dari obrolan eksklusif dengan kedua pengisi suara tersebut, kita memahami bahwa suara dapat menjadi pemberi nyawa dari sebuah karya, dan pekerjaan sebagai pengisi suara merupakan pekerjaan yang perlu terus dilatih dan dipelajari.