Ada yang hilang pada Ramadan tahun ini: lagu religi yang biasanya menghiasi pusat-pusat perbelanjaan kini tak terdengar lagi. Bukan lagu religinya yang tida ada, tapi karena pusat perbelanjaannya tutup akibat pandemi.
Lagu religi Islam bisa ditarik jauh hingga ke Wali Songo, karena para wali juga menggunakan seni sebagai media dakwah, bahkan karya mereka ada yang tetap hidup sampai sekarang. Sebut saja tembang ''Lir-Ilir'' dari Sunan Kalijaga dan ''Tamba Ati'' karya Sunan Bonang.
Namun, dalam artikel ini tidak ingin berjalan ke belakang terlalu jauh atau melebar dalam genre. Artikel mengeksplorasi perkembangan musik religi pop arus utama seiring perkembangan industri musik di Indonesia. Karena itu pada artikel ini tidak dibahas perkembangan musik qasidah yang dipopulerkan oleh Nasida Ria atau musik kontemporer yang diperkenalkan Debu.
Lagu religi Islam identik dengan bulan Ramadan. Sampai-sampai ada teman berseloroh, ''Kalau sudah terdengar lagu-lagu Bimbo, berarti Ramadan sudah dekat.''
Jika kita telusuri, pergulatan dengan lagu-lagu religi merupakan sisi lain keping mata uang yang sama dari trio kakak beradik dari Bandung yang mulai tampil dengan nama itu sejak 1967. Selain menciptakan dan menyanyikan lagu religi, Bimbo juga mendendangkan lagu-lagu asmara, keindahan alam, bahkan kritik sosial. Tidak tanggung-tanggung, lagunya ''Tante Sun'' sampai dicekal oleh rezim Orde Baru.
Membuat lagu religi ternyata diilhami pengalaman merek berjalan-jalan di Singapura dalam suasana menjelang Natal pada 1971. Sambil menyusuri pertokoan, Raden Muhammad Samsudin Dajat Hardjakusumah (Sam), Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah (Acil), dan Raden Jaka Purnama Dajat Hardjakusumah (Jaka) mendengar lagu-lagu Natal diputar di mana-mana, membangun suasana perayaan hari besar umat Kristiani itu. Mengapa tidak ada lagu-lagu Islam untuk menghidupkan suasana keagamaan? Begitu kira-kira perbincangan mereka.
Setahun kemudian lagu ''Tuhan'' lahir. Kisahnya, Sam sedang salat Jumat di masjid Salman ITB dan merasakan pengalaman batin yang luar biasa. Selesai salat, Sam bergeas pulang untuk menuliskan lagu itu.
Salah satu yang memantapkan Bimbo berkiprah di jalur musik religius adalah pertemuannya dengan penyair Taufiq Ismail pada suatu acara dialog seniman di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Sejak itulah Bimbo menyanyikan puisi-puisi Taufiq Ismail yang melahirkan karya-karya seperti ''Rindu Rasul'', ''Sajadah Panjang'', ''Bermata tapi Tak Melihat'', dan Ada Anak Bertanya pada Bapaknya.
Penyair Taufiq Ismail bisa dibilang unik karena kerap berkolaborasi dengan penyanyi, seperti dalam lagu ''Panggung Sandiwara'' yang bernuansa rock dilantunkan oleh Achmad Albar dan Nicky Astia. Pengalaman kolaborasi dengan penyanyi yang paling berkesan adalah ketika ia menggubah lagu ''Ketika Tangan dan Kaki Berkata'' (1997).
Dalam biografi Chrisye: Sebuah Memoar Musikal yang ditulis Albertine Indah (2007) diceritakan bahwa Taufiq Ismail sempat merasakan kebuntuan ketika harus menulis lagu untuk Chrisye sesuai kesepakatan yang dibuat waktu itu. Awalnya Chrisye sudah punya satu lagu namun belum puas dengan lirik dan meminta Taufiq memperbaiknya. Sampai sebulan Taufiq belum mendapatkan ide bahkan sudah minta maaf kepada Chrisye bahwa ia ''mundur'' dari kesepakatan itu dan berencana mengembalikan kaset demo yang berikan Chrisye. Memang waktu itu Chrisye sedang ingin menyanyikan puisi religius.
Akhirnya, pada suatu malam, ketika Taufiq sedang membaca surat Yasin, dan entah mengapa ketika sampai di ayat 65, ia teringat pada lagu Chrisye itu. Ia lalu memutar pita kaset demo yang diberikan Chrisye dan mulai memasukkan petikan ayat-ayat suci itu dan lirik lain gubahannya. Jadilah sebuah lagu.
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Ke mana saja dia melangkahnya.
Ternyata kisah ini tidak berhenti di sini karena ternyata Chrisye kesulitan ketika membawakan lagu ini pada saat latihan dan rekaman. Baru sebentar menyanyi, Chrisye langsung meneteskan air mata, menangis sampai tak bisa berkata-kata lagi.
Kata Chrisye, ''Ini lirik lagu yang paling dahsyat sepanjang karier saya. Sekujur tubuh saya tergetar. Baru menyanyi dua baris sudah tidak kuat lagi.''
Akhirnya, Erwin Gutawa mengenang dalam Memoar, rekaman lagu hanya bisa dilakukan satu kali take. Itu pun setelah konduktor itu mengingatkan jadwal rekaman dengan orkestra di Australia tidak bisa dikompromikan. Yanti, istri Chrisye, khusus salat sunah di studio pada saat hari rekaman.
Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, masyarakat mulai mendengar lagu-lagu religi dalam format nasyid, lagu yang dibawakan secara a capella (tanpa instrumen musik, hanya paduan vokal) dan anggotanya laki-laki semua. Kehadirannya mengiringi semangat religiositas baru yang muncul di masyarakat. Kehadiran nasyid di Indonesia dipicu oleh kelompok Raihan dari Malaysia.
Dalam perkembangan nasyid, kelompok Snada yang berangkat dari kampus FISIP UI perlu disebut. Salah satu karya terobosannya adalah ''Neo Shalawat'' (2000) yang membawakan shalawat Nabi dalam berbagai versi, mulai dari choir dengan pembagian suara, keroncong, dan nuansa Mandarin.
Salah satu faktor yang mempengaruhi meluasnya musik religi adalah sinetron dan program religi di TV, sebagian besar ditayangkan seiring datangnya Ramadan. Dalam perkembangan ini kita mencatat lagu ''Doaku Harapanku'' oleh Krisdayanti dari sinetron berjudul sama pada akhir 1990-an, lagu-lagu Ustaz Jeffry Al-Buchori, dan Opick.
Bagaimana perkembangan musik religi sekarang?
Seperti kita tahu, perkembangan industri hiburan sekarang sudah tidak bisa dipisahkan dari ranah digital. Platform vide YouTube dan pemutar musik digital seperti Apple Music dan Spotify, serta interaksi di media sosial ikut menentukan eksistensi seorang artis.
Grup musik Sabyan menyeruak di tengah stagnasi musik religi setelah terobosan Opick membawakan ''Tombo Ati'' dengan komposisi modern. Sabyan berani membawakan lagu-lagu berbahasa Arab dengan kemasan pop modern selain lagu-lagu berbahasa Indonesia. Atau, seperti dalam lagu ''Ya Maulana'' bahasa Indonesia dan Arab dipandu dengan apik.
Terobosan ini ternyata disukai masyarakat. Terbukti, sejak album pertama ''Sabyan Gambus'' (2008), grup yang awalnya dibentuk untuk menjadi wedding band ini makin moncer. Vokalisnya, Nissa Sabyan, adalah salah satu musisi Indonesia dengan subscriber YouTube terbanyak dengan angka 6,35 juta.
''Alumnus'' dari grup ini, Annisa Rahman, juga mulai menarik perhatian khalayak. Di tengah pandemi Covid-19, ia berduet dengan ''Sang Raja Dangdut'' Rhoma Irama membawakan lagu ''Virus Corona'' yang menggugah kepedulian masyarakat atas krisis yang kita hadapi sekarang.
Proses rekaman dikerjakan di Studio Soneta, milik Rhoma Irama di bilangan Depok. Mereka langsung rekaman dua lagu yang langsung di supervisi oleh Bang Haji Rhoma sendiri. ''Saya kagum dengan penjiwaan Anisa yang begitu baik dalam proses rekaman,'' puji Bang Haji Rhoma tulus. Video duet ini telah meraih 40 juta views di YouTube dalam satu bulan penayangannya.
Lagu ''Aisyah Istri Rasulullah'' yang trending di YouTube juga mengangkat nama salah satu penyanyinya sekaligus pemegang lisensi lagu itu, Syakir Daulay. Asal muasal lagu ini cukup unik. Awalnya lagu ini dinyanyikan oleh band asal Malaysia Projector, dengan judul lagu Aisyah (Satu Dua Tiga Cinta Kamu) yang dirilis pada 2017. Akan tetapi, lagu itu hanya berkisah tentang wanita bernama Aisyah dan bukan soal Aisyah istri Nabi Muhammad.
Kemudian, lagu itu dikemas ulang oleh Mr. Bie di YouTube Vitaminbie dan mengalami perubahan pada liriknya, yang menceritakan soal Aisyah Istri Rasulullah. Versi tersebutlah yang banyak di-cover oleh penyanyi Indonesia. Dan sempat menuai polemik ketika penyanyi Syakir Daulay mencantumkan "Official Music Video" untuk video cover lagu ''Aisyah Istri Rasulullah'' di kanal YouTube-nya.''
Sekarang, Syakir sedang dalam pembicaraan dengan pihak band Projector mengenai pemanfaatan hak cipta lagu ini. Pembicaraan ini terjadi karena pihak Syakir mengaku telah membeli lisensi lagu ini dari Media Asia Production Sdn Bhd (MAP Music). Polemik ini juga yang membuatnya mengganti judul video YouTube-nya yang semula ''Official Music Video'' menjadi ''Cover''.
Rasanya lagu religi akan terus mewarnai belantika musik Indonesia. Perkembangan ranah digital pun menjadi salah satu peluang untuk memasyarakatkan musik yang menyentuh spirit keagamaan kita. Kita tunggu saja.***