Portrait Volume 6: Kecintaan Mereka Terhadap Musik, Membawanya ke Titik Sekarang

Portrait Volume 6: Kecintaan Mereka Terhadap Musik, Membawanya ke Titik Sekarang

Posted: Jan 22, 2022

Pada program Portrait yang tayang pada Instagram eventori.id kali ini, Eventori membagikan berbagai talenta muda industri musik Tanah Air. Mulai dari penyanyi sampai dengan pemain alat musik tradisional yang merambah dunia digital untuk menyebarkan karya-karyanya.

Pada program Portrait yang tayang pada Instagram eventori.id kali ini, Eventori membagikan berbagai talenta muda industri musik Tanah Air. Mulai dari penyanyi sampai dengan pemain alat musik tradisional yang merambah dunia digital untuk menyebarkan karya-karyanya.

Talenta pertama adalah Ghaniyya Ghazi, seorang musisi muda perempuan asal Jakarta yang berusaha untuk membuktikan dirinya, di tengah pandangan sebelah mata banyak orang.

''Jadi perempuan, kaya dipandang sebelah mata, terus masih muda lagi,'' ungkap Ghaniyya.

Kecintaan Ghaniyya pada industri musik memang tidak bisa diragukan lagi, dirinya bahkan mencoba berbagai bentuk bermusik mulai dari vokal grup, band, sampai dengan menjadi seorang solois.

''Vokal grup, terus band, solo vokal, gitu-gitu. Jadi memang aku maintain kecintaan aku sama musik,'' jelas Ghaniyya.

Demi menggapai impiannya untuk serius di dunia musik. Dirinya bahkan sampai bersekolah di Berklee College of Music dan dia pun berharap bahwa orang-orang mendengarkan dirinya dalam bermusik, bukan hanya melihat wajahnya semata.

''I'm just expecting people to listen to my music, not my face in general,'' jelas Ghaniyya.

Lagu terbarunya yang berjudul ''Trapped'' dirilis pada akhir Agustus 2021, menceritakan tentang keadaan dimana seseorang kehilangan orang yang sangat dicintainya, dan merasa terperangkap.

''Saat kehilangan seseorang, and it feels like you''re trapped in a strange place,'' ungkap Ghaniyya.

Ghaniyya juga sering mengunggah konten bernyanyinya di dunia digital, seperti sosial media dan juga YouTube pribadinya yang mendapatkan ratusan ribu penonton.

Penyanyi lainnya adalah Peter Holly asal Pekanbaru, pria yang meraih medali emas pada FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) pada tahun 2015. Berkat prestasinya tersebut, ia juga diundang untuk menjadi salah satu delegasi Indonesia pada ajang SISLAC (Singapore-Indonesia Student Leaders'' Adventure Camp) di tahun 2015.

''(Setelah mengikuti FLS2N) aku terbuka tuh opportunity, salah satunya aku menjadi delegates dari Indonesia untuk SISLAC 2015,'' jelas Peter.

Dirinya juga sering mengunggah konten cover lagu di sosial medianya dan mendapatkan jutaan penonton. Walaupun demikian perjalanan membuat konten tidak selalu mudah dan pada awalnya banyak orang yang membenci.

''Tahun lalu join di aplikasi TikTok karena itu lagi hits juga, banyak haters-nya pada saat itu, kita udah biasa banget followers kita tiba-tiba naik, atau viewers kita tiba-tiba turun, tidak seperti yang kita harapkan,'' pungkas Peter.

Selanjutnya ada Seto Noviantoro, seorang pemain alat musik tradisional kongahyan asal Jakarta, yang sering membawa alat musik tradisional menjadi lebih dicintai oleh khalayak luas.

''Dalam gambang kromo itu ada alat musik kongahyan yang saya mainkan ini,'' jelas Seto

Walaupun dengan tujuan yang sangat mulia untuk melestarikan warisan budaya, perjalanannya dalam bermain kongahyan tidaklah selalu mulus, dan sering disepelekan oleh orang lain.

''lu mau ngapain jurusan karawitan? Mau jadi topeng monyet?,'' jelas Seto menirukan orang-orang yang meremehkannya.

 

Dengan berbagai kerja keras dan semangat, Seto akhirnya mampu membuktikan bahwa dengan kongahyan dirinya dapat meraih kesuksesan. Salah satunya adalah jingle yang dirinya buat untuk YouTube Persija TV dan juga menjadi pemain dalam kolaborasi Tohpati, dalam acara Ragam Musik Jawa.

''Saya bisa keluar kota, bahkan keluar negeri dari alat musik kongahyan ini,'' jelas Seto.

Tidak hanya puas di sana, Seto juga merambah ke dunia digital dengan sering mengunggah permainan kongahyan dengan melakukan cover lagu, di sosial media pribadinya dan juga YouTube.

''Jadi kalau sudah kecebur ya mending gila sekalian,'' ungkap Seto dalam menggambarkan keinginan dirinya, untuk menjadi lebih mengenalkan lagi alat musik kongahyan.''

Musisi lainnya yang juga beradaptasi dengan merambah dunia digital adalah Gabriel Rendy, seorang pemain keyboard dan musik produser asal Solo.

''Sebagai talent lokal, kadang susah-susah buat konten tapi ternyata yang nonton cuma sedikit,'' jelas Gabriel menceritakan kesulitannya dalam membuat konten.

Gabriel juga menjelaskan bahwa dirinya sangat menyukai musik sedari usia dini, dan kecintaannya tersebut membawanya untuk memenangkan juara dua pada lomba di wilayah Solo Raya.

''Dari kecil sampai sekarang saya sangat suka dengan dunia musik, saya pernah ikut lomba juara 2 tingkat se-Solo Raya,'' jelas Gabriel

Selain itu, Gabriel juga pernah mendapatkan prestasi dengan masuk 20 besar tingkat nasional dengan lagu yang diaransemen olehnya.

''Pernah saya melakukan aransemen itu masuk 20 besar tingkat nasional atau se-Indonesia,'' sambungnya.

Alasan dirinya untuk terjun ke dunia digital adalah karena dirinya ingin mengenalkan karya-karyanya kepada masyarakat luas. Dirinya juga merasa bahwa hal tersebut penting sebagai jembatan untuk dirinya menjadi seorang produser musik.

Writer: Alvin Iqbal
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article