Pada Program Portrait Volume 8 kali ini, Eventori menyajikan tiga talenta dari berbagai daerah, beragam usia, dan juga bakat yang berbeda. Dari drummer cilik, penyanyi muda sampai pesulap multitalenta.
Talenta pertama adalah drummer cilik asal Bekasi, yaitu Kurt Joshua ini menarik perhatian dari salah satu grup'' musik yang banyak dikenal orang yaitu Seringai. Video dirinya saat bermain drum di unggah ulang oleh band pelantun ''Mengadili Persepsi'' ini.
''Luar biasanya buat aku adalah videonya dimasukin ke Instagram milik Seringai,'' jelas Kurt.
Bakat Kurt memang sudah terlihat sedari kecil, di usia 3 tahun dirinya bahkan sudah mulai mencoba bermain drum, lalu di usia 6 tahun dirinya mulai serius untuk bermain drum dengan belajar di sekolah musik Yamaha.
''Di usia 6 tahun, akhirnya bisa ikut les drum di Yamaha,'' sambungnya.
Selain hal tersebut, Kurt juga berhasil menjuarai berbagai macam kompetisi drum di berbagai tingkat sekolah musik sejak tahun 2019. Walaupun demikian, dirinya juga sempat mendapatkan pengalaman buruk di salah satu kompetisi yang dijalani.
''Puji tuhan saya kembali menjadi juara di PMC (Popular Music Course) Yamaha, tapi aku juga punya pengalaman buruk, waktu ikut kompetisi stik drumnya jatuh dan bikin aku panik,'' jelas Kurt.
Meskipun gagal untuk menang, dirinya tetap semangat untuk terus ikut kompetisi, hingga akhirnya diajak bekerja sama oleh Komposer ternama Erwin Gutara,
''Diajak om Erwin Gutara untuk ikut konser Di Atas Rata-rata online untuk pertama kali,'' ungkap Kurt.
Bakat hebat selanjutnya datang dari Jakarta yaitu Saniyah, penyanyi perempuan muda satu ini berhasil menembus pasar internasional dengan menjadi finalis Asia''s Got Talent 2019 dan bertemu langsung dengan David Foster.
''Berkat Asia's Got Talent, aku berkesempatan langsung untuk bertemu dan dijuriin oleh sang maestro, yakni David Foster and it was such an honor,' jelas Saniyah.
Selain berkompetisi dalam ajang internasional, Saniyah juga melakukan kompetisi dalam negeri, Diantaranya adalah The Voice Indonesia dan Rising Star Indonesia. Hal tersebut tentunya didasari kecintaannya kepada musik yang sudah tumbuh sedari dia kecil.
''Aku mulai terjun ke dunia musik sejak usia 7 tahun,'' ungkap Saniyah.
Pada masa pandemi ini juga, Saniyah harus memperlambat karir internasionalnya. Walaupun tawaran kerja sudah mulai berdatangan, Saniyah harus merelakannya dan beralih ke virtual.
''Tadinya aku hampir saja berangkat untuk kerja di luar negeri, tapi dikarenakan pandemi, semua harus berakhir dan mau nggak mau, harus melalui virtual,'' jelas Saniyah
Selanjutnya adalah pesulap multitalenta asal kota Bandung, yaitu Robert Stevan. Didasari rasa cintanya kepada sulap membuat dirinya mengikuti audisi The Master hingga menjadi finalis dari ajang tersebut pada tahun 2009.
''Mengikuti audisi The Master di RCTI tahun 2009, dengan permainan saya yang berbeda yaitu bermain telepati,'' jelas Robert.
Selain menjadi pesulap, dirinya juga terus melakukan eksplorasi merambah ke dunia seni dengan bermain light painting. Bahkan menjadi salah satu orang pertama yang menghadirkan pertunjukan hiburan tersebut di Indonesia.
''Saya adalah orang pertama yang menghadirkan pelukis cahaya di Indonesia dan saya sudah meng-upload video saya untuk pertama kalinya di YouTube tahun 2012,'' ungkap Robert.
Saat ini Robert juga sibuk menjadi seorang pelatih public speaking, dirinya juga menggabungkan hiburan sulap dalam setiap latihannya, untuk menarik perhatian para muridnya.
Dari ketiga talenta ini kita dapat mempelajari bahwa mengasah bakat dengan mengikuti berbagai kompetisi dan bereksplorasi, merupakan salah satu rumus untuk terus berkarya hingga mencapai kesuksesan.