Pro dan Kontra dalam Mengatur Kebebasan di Platform Digital

Pro dan Kontra dalam Mengatur Kebebasan di Platform Digital

Posted: Jan 22, 2022

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat membuat media-media terestrial atau konvensional menghadapi tantangan yang besar. Di ruang digital seluruh masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menikmati hiburan dan informasi dimanapun dan kapanpun.

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat membuat media-media terestrial atau konvensional menghadapi tantangan yang besar. Di ruang digital seluruh masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menikmati hiburan dan informasi dimanapun dan kapanpun.

Kebebasan sebagai daya tarik podcast  

Salah satu media baru yang lahir di era digital ini adalah siniar atau yang dikenal dengan nama podcast. Maraknya penikmat siniar salah satunya karena kebebasan konten yang dibuat.

Setuju dengan hal tersebut, Kiki Aulia Ucup salah satu siniar yang tergabung dalam Pokuss (Podcast Kiki Ucup Soleh Solihun) mengungkapkan bahwa alasannya memilih podcast adalah karena kebebasan yang diberikan.

''Tujuan bikin podcast ya karena lebih reachable, lebih gampang untuk bikinnya, terus nggak ada restriction,'' ungkap Ucup

Ucup juga menambahkan bahwa kebebasan berpendapat di podcast adalah hal yang menguntungkan dan menambah manfaat kepada pendengarnya.

''Kebebasan berpendapat di podcast sebenarnya menguntungkan. Bikin orang makin lepas, makin banyak fakta-fakta yang bisa kita ungkap di podcast, justru yang dibutuhkan orang kan itu, bukan restriction,'' ungkap Ucup

Pandangan tentang pengaturan kebebasan dalam podcast

Akan tetapi, permasalahan bisa datang akibat tidak adanya filter pada konten-konten yang dinikmati oleh masyarakat.

Menurut Hardly Stefano, komisioner dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), sudah banyak masyarakat yang merasa resah tentang adanya konten-konten digital yang terlalu bebas tersebut.

''Sudah mulai muncul keresahan publik atas bagaimana pengaturan di media-media baru itu, lalu meminta KPI untuk mengatur,'' ungkap Hardly

Menanggapi hal tersebut, Kiki Ucup mengungkapkan bahwa baginya tidak perlu ada peraturan khusus yang mengatur tentang kebebasan yang ada di siniar. Karena baginya hal tersebut sepenuhnya adalah tanggung jawab dari pendengar untuk memilah dan memilih konten.

''Menurut gua sih nggak perlu ya adanya regulasi (pengawasan konten siniar). Sebenarnya, yang mesti behave kan pendengarnya gitu, pendengarnya yang mesti nyaring sendiri,''  jelas Ucup

Ranaditya Alief, direktur konten Box2box Media Network, juga menyatakan tidak perlu ada regulasi di industri siniar. Menurut Rana, panggilan akrabnya, yang diperlukan adalah adanya moderasi dari platform agar menghindari adanya konten-konten negatif.

''Gua sih ngerasa regulasi udah cukup yah, tentunya setiap platform butuh moderasi konten yang baik agar tidak ada konten-konten yang bisa menciptakan efek negatif, kaya menyebarkan kebencian,'' ungkap Rana

Rana menambahkan juga bahwa, dia lebih menyetujui jika kontrol yang ada dalam industri siniar adalah kontrol yang diberikan oleh platform tempat siniar tersebut bernaung.

''Walaupun nantinya ada yang namanya kontrol mungkin yang berhak melakukan itu adalah platform, karena kan kita ada di platform mereka,'' ungkap Rana

Pandangan KPI terkait adanya isu pembatasan dan pengawasan pada podcast

Menanggapi seruan dari para konten kreator siniar dan juga masyarakat yang mulai resah dengan adanya konten siniar yang membawa efek negatif, Hardly mengungkapkan bahwa hal tersebut masih di luar dari wewenang KPI.

''KPI ini ada karena Undang-Undang 32 (tahun) 2002 tentang penyiaran. Jadi, sudah dibatasi betul tugas KPI itu terkait dengan media penyiaran terestrial, artinya konvensional yang disiarkan melalui frekuensi. Sementara yang melalui layanan data seperti internet, dan berbagai aplikasi, itu di luar kewenangan KPI sampai saat ini, dan KPI patuh kepada itu,'' jelas Hardly

Tetapi Hardly mengungkapkan pihaknya terus membuka diri dan ruang diskusi serta menerima laporan dari masyarakat terkait konten yang ada di media baru terutama siniar ini.

''Kami membuka diri kalau ada masukan tentang dinamika perkembangan seperti podcast yang katakanlah temanya asal-asalan, produksi kontennya asal-asalan, tidak ada proses pendidikan yang memadai, tapi hanya punya kesempatan untuk membuat konten lalu kontennya berdampak negatif,'' ungkap Hardly

Dengan adanya diskusi serta laporan tersebut diharapkan KPI dapat memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait dan menggunakan pengalaman tersebut sebagai kajian KPI kedepannya.

''Supaya dengan itu KPI juga memberikan rekomendasi, kepada berbagai pihak yang menangani hal tersebut, dan bisa menjadi kajian KPI,'' tegas Hardly

Writer: Alvin Iqbal
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article