Hampir setiap tahunnya Indonesia mengirimkan film untuk masuk ke nominasi ajang penghargaan Academy Awards atau Oscar kategori Best Foreign Language Film.
Film yang dikirim oleh Indonesia untuk mewakili ajang tersebut ada beragam. Berikut Eventori beri rekomendasi film Indonesia yang pernah dikirim untuk mewakili Oscar.
Perempuan Tanah Jahanam
Film Perempuan Tanah Jahanam disutradarai Joko Anwar dan produksi bersama Base Entertainment, Ivanhoe Pictures, CJ E&M division, dan Rapi Films. Film ini menjadi film horor pertama yang menjadi wakil Indonesia di Piala Oscar dalam sejarah.
Film ini bercerita tentang Maya (Tara Basro) dan sahabatnya, Dini (Marissa Anita) yang pergi ke desa asal Maya, karena Maya mendapat petunjuk bahwa keluarganya kaya dan meninggalkan warisan yang banyak.
Setibanya di desa itu, Maya mulai dihantui beberapa sosok anak yang sudah meninggal. Tapi, masalah hidupnya bukan cuma dihantui setan, tapi seluruh penduduk desa itu pun ternyata mengincarnya untuk suatu rencana yang mengerikan.�
Kucumbu Tubuh Indahku
Film Kucumbu Tubuh Indahku disutradarai oleh Garin Nugroho dan diproduksi oleh Fourcolours Films dan Go-Studio. Film ini tayang pada 18 April 2019 di bioskop Indonesia.
Film ini bercerita tentang penari Lengger yang menjadi gemblak seorang warok dalam tradisi klasik penari Reog. Alur film ini sendiri diilhami dari pengalaman hidup Rianto. Rianto sendiri juga turut serta berperan dalam film ini.
Alur film dibagi menjadi empat babak yang mengisahkan perjalanan hidup Juno, bermula dari masa kecil, remaja, hingga dewasa. Namanya sendiri menunjukkan dua sisi mata uang, seorang pangeran tangguh buah hati Pandudan Kunti dalam wiracarita Mahabharata dan anak yatim yang rapuh lagi lembut hati yang berjuang memecahkan rahasia akan dorongan emosi dan orientasi seksualnya.
Marlina si Pembunuh Empat Babak
Film Marlina si Pembunuh Empat Babak disutradarai oleh Mouly Surya dan diproduksi oleh Cinesurya, Kaninga Pictures, dan HOOQ Originals. Film ini tayang pada 16 November 2017.
Film ini bercerita tentang sekawanan tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina yang berlokasi di Sumba. Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina dihadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi, duduk di pojok ruangan.
Keesokan harinya dalam sebuah perjalanan demi mencari keadilan dan penebusan, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus, yang ia penggal tadi malam. Marlina kemudian bertemu Novi yang menunggu kelahiran bayinya dan Franz yang menginginkan kepala Markus kembali. Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina.
Turah
Film Turah digarap oleh Wicaksono Wisnu Legowo dan diproduksi oleh Fourcolours Films. Film bergenre drama ini tayang pada 2016.
Film ini bercerita tentang kerasnya persaingan hidup menyisakan orang-orang kalah di Kampung Tirang. Mereka dijangkiti pesimisme dan diliputi perasaan takut. Terutama kepada Darso, juragan kaya yang telah memberi mereka �kehidupan�. Pakel, sarjana penjilat di lingkaran Darso dengan pintar membuat kampung makin bermental kerdil.
Situasi tersebut memudahkannya untuk terus mengeruk keuntungan. Setitik optimisme dan harapan untuk lepas dari kehidupan tanpa daya hadir pada diri Turah dan Jadag. Peristiwa-peristiwa terjadi, mendorong Turah dan Jadag untuk melawan rasa takut yang sudah akut dan meloloskan diri dari narasi penuh kelicikan. Ini adalah usaha sekuat daya dari mereka, orang-orang di Kampung Tirang, agar mereka tidak lagi menjadi manusia kalah, manusia sisa-sisa.
Surat dari Praha
Film Surat dari Praha digarap oleh Angga Dwimas Sasongko dan diproduksi oleh Visinema Pictures. Film ini dirilis pada 28 Januari 2016.
Film ini bercerita tentang Larasati terpaksa memenuhi wasiat ibunya, Sulastri, untuk mengantarkan sebuah kotak dan sepucuk surat untuk Jaya di Praha. Dibesarkan di tengah kehidupan keluarga yang tidak harmonis, hubungan Larasati dan ibunya tidak pernah baik. Jaya, mantan tunangan ibunya, gagal memenuhi janji untuk kembali ke Indonesia puluhan tahun silam akibat perubahan situasi politik.
Pertemuan dengan Jaya membuat Larasati mengetahui persoalan yang sebenarnya. Dia menuding Jaya dan surat-surat yang pernah dikirimnya sebagai penyebab ketidakharmonisan keluarganya, situasi yang membawa akibat buruk bagi hidupnya. Jaya merasa tersudut dan terpaksa harus menjelaskan apa yang baginya telah ia ikhlaskan.�