Review Film Oppenheimer, Avenger Versi Scientist

Review Film Oppenheimer, Avenger Versi Scientist

Posted: Jul 20, 2023

Spoiler Alert! berikut review film Oppenheimer menurut kami yang bukan buat semua orang

Forget your reality for a moment and get lost in a world of cinema magic, where dreams unfold and reality fades away. 

Bisa dibilang Oppenheimer merupakan salah satu film yang sudah masuk daftar watchlist gue sejak dua tahun lalu semenjak Christopher Nolan mengumumkan awal proses produksinya.

Keputusan gue memasukan Oppenheimer menjadi film yang harus banget ditonton pastinya berdasarkan portfolio karya Nolan yang ga pernah gagal, seenggaknya menurut gue pribadi.

Bahkan keputusan ini semakin bulat ketika Nolan mengatakan hanya akan menggunakan sedikit CGI di film Oppenheimer, beuh kebayang ga tuh excitednya kaya gimana mengingat adegan lorong hotel di film Inception yang ga pake CGI aja gokil abis nah sekarang ngelibatin bom atom.

Sampai akhirnya pada hari perdana pemutaran, gue ga mikir panjang lagi buat nonton film ini dan langsung berangkat menuju bioskop terdekat buat langsung nyaksiin film yang bisa jadi magnum opus dari seorang Christopher Nolan, but….

Review Film Oppenheimer

sumber

Dua hal yang harus banget lo take a note sebelum nonton film ini adalah yang pertama buang jauh-jauh ekspektasi lo tentang film ini, karena meski bertemakan bom atom tapi ga banyak adegan ledakan yang bakal lu saksikan.

Kedua, jangan membandingkan film ini dengan film-film nolan sebelumnya yang jelimet bin ruwet yang pake konsep waktu, dimensi dan lain-lain. karena ini film biopic tentang seorang Oppenheimer.

Ga usah lama-lama berikut adalah review personal gue tentang film Oppenheimer.

Alur

Secara alur Nolan tetap menggunakan ciri khasnya yaitu kalo ada yang susah kenapa harus yang gampang, karena sepanjang film yang berdurasi 3 jam ini kita akan disuguhkan dengan empat timeline berbeda Pra Project Manhattan, Current Project Manhattan, Pasca Project Manhattan dan fase setelah itu (Project Manhattan merupakan nama untuk proyek pembuatan bom atom).

Sepanjang film kita akan diajak melihat secara langsung proses seorang Oppenheimer yang sedang meniti karir di bidang kuantum fisika hingga akhirnya menjadi pemimpin proyek manhattan dan mencoba berdamai dengan dosa yang dilakukannya.

Selama proses pengembangan karakter ini kita akan disuguhkan dengan berbagai dialog yang membangun seluruh kerangka cerita ini dan juga diperkenalkan dengan berbagai tokoh scientist yang namanya pasti sering kamu baca di buku fisika, kimia atau matematika.

Ibaratnya menonton film ini tuh kaya lagi berada di tengah para avenger dunia science yang lagi berusaha menghentikan perang, bedanya jika Avenger menggunakan otot dan kekuatan super, Oppenheimer menggunakan otak yang beneran super.

(P.S ingat semua tokoh yang ada di dalam film karena timeline waktu cerita bakal bikin lo bingung tapi semua karakter yang muncul bakal punya peran di setiap timeline).

Sinematografi

Untuk film ini, Nolan sedikit menggunakan pendekatan yang agak aneh karena menggunakan format film 65mm yang secara teknis ga cocok buat ditampilkan di layar bioskop modern.

Karena untuk Indonesia sendiri satu-satunya layar bioskop yang dapat mengakomodir format film tersebut hanyalah ada di bioskop studio Keong Mas yang sialnya tidak memutar film ini.

Sehingga wajar jika ketika lo nonton film ini di bioskop bakal mendapat potongan yang canggung tapi hal itu dapat diampuni ketika melihat sinematografi yang keren meskipun gue agak nyesel karena ga ngambil bangku di bagian tengah

Karena mayoritas scene di film ini menggunakan komposisi dead center yang membuat cerita berfokus pada penokohan seorang Oppenheimer.

Karakter

Secara karakter, bisa dibilang tidak ada yang benar-benar menonjol secara penokohan yang mana wajar mengingat ini merupakan film biopic yang berdasarkan karakter dari dunia nyata.

Terlebih karakter-karakter yang ada di film ini merupakan seorang scientist yang secara real juga pasti memiliki karakter “dingin” dan tidak begitu ekspresif.

Meski begitu, dialog yang ada pada film ini berhasil menguatkan karakteristik tiap tokoh melalui verbal sehingga kita tetap mendapatkan semua karakter yang berperan di film ini.

Tapi ada satu hal yang kurang tergali begitu dalam di film ini dan hal itu adalah perasaan “dosa” yang dirasakan oleh Oppenheimer ketika sadar bahwa penemuannya dapat menjadi senjata pemusnah massal.

Scoring

Untuk film kali ini, Nolan tidak lagi menggandeng composer Hans Zimmer untuk mengisi latar belakang suara di filmnya dan memilih untuk menggunakan jasa seorang komposer asal Swedia bernama Ludwig Goransson.

Tentu saja hal ini aga mengecewakan mengingat kita tahu sendiri bahwa komposisi suara dari Hans Zimmer ga pernah gagal menyajikan sesuatu yang mewah untuk film-film Nolan.

Tapi ternyata Ludwig dapat memberikan hal yang tidak jauh berbeda karena Scoring pada film ini begitu menawan dan terasa sangat pas, tidak kurang tidak lebih.

Pada satu adegan bahkan scoring ini memegang peranan sangat penting dan adegan itu ketika uji coba bom nuklir trinity dilakukan, dimana kita dapat merasakan sendiri keheningan antara awan jamur yang muncul dengan suara ledakan yang mengikutinya.

Overall, berikut adalah hasil dari review film oppenheimer dari kacamata gue dan ada ada dua hal yang jadi penilaian subjektif gue, yang pertama adalah film ini bukanlah film yang bisa dinikmati oleh semua orang karena terbukti dari banyaknya orang yang menyerah dan memutuskan keluar dari bioskop sebelum filmnya selesai.

Kedua, film ini bukanlah yang terbaik dari seluruh katalog Christopher Nolan tapi tentu saja tetap bagus dan sangat layak untuk ditonton dan kalo gue bisa kasih nilai film ini bakal gue kasih angka 8.5/10.

Baca Juga

10 Rekomendasi Film Horor Hati-Hati Bikin Lo Susah Tidur

Writer: Dhiechie Alam Ramadhan
TAGS:Movie,Review
SHARE
Recommendation Article