Ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua tahun ini digelar di tengah pandemi, dengan berbagai lika-liku yang harus dihadapi. Mulai dari protokol kesehatan yang harus dituruti sampai dengan adaptasi para kontingen dari seluruh negeri.
Dibalik megahnya gelaran acara olahraga yang diadakan empat tahun sekali ini, terdapat banyak proses belakang layar yang harus dikerjakan oleh orang-orang hebat agar acara ini berjalan lancar dan sesuai rencana.
Salah satunya adalah Awil yang merupakan Project Manager rangkaian PON XX Papua. Dalam wawancara eksklusif dengan Eventori, dia membagikan kisahnya tentang bagaimana acara ini dari sudut pandang belakang layar.
Awil mengungkapkan bahwa selain penyelenggaraan olahraga pada PON XX papua, terdapat berbagai rangkaian pendukung yang juga penting untuk dilakukan, diantaranya adalah acara Gebyar PON yang dilakukan di berbagai klaster penyelenggaraan PON yang tersebar di Papua.
Rangkaian pendukung PON itu ada Gebyar PON (Pekan Olahraga Nasional) dilakukan di klaster-klaster yang menjadi tempat penyelenggaraan PON, seperti di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, kemudian di Merauke, dan di Mimika. Kita juga pada bulan Juni itu kita kick off pembuka pelaksanaan rangkaian PON di kantor Gubernur Jayapura, setelah rangkaian gebyar kita masuk ke penyambutan kontingen dari tanggal 19 September sampai 9 Oktober di Kabupaten Sentani, ungkap Awil.
Awil juga menambahkan bahwa selain Gebyar PON tersebut, acara pendukung lainnya adalah acara penaikan bendera kontingen, yang berlangsung di halaman depan Stadion Lukas Enembe pada 30 September 2021.
Event lainnya yang ada di rangkaian itu adalah penaikan bendera kontingen, 34 bendera kontingen kita seremonikan tanggal 30 September, berlangsung di halaman depan Stadion Lukas Enembe, sambungnya.
Dibalik sebuah acara yang baik pasti terdapat rencana matang pula di belakangnya. Begitu juga dengan PON XX Papua ini, Awil yang diberikan tanggung jawab sebagai tim pelaksana mendapatkan mandat untuk melaksanakan rencana yang sudah dibuat oleh tim perencana sebelumnya. Dia juga menjelaskan bahwa sebagai tim pelaksana, dirinya bertugas untuk mengubah usulan teknis menjadi dokumen teknis detail yang akan menjadi pedoman setiap program pada saat jalannya acara.
Bisa dibilang bahwa ada tim perencana, dan ada tim pelaksana. Dari bulan Februari saya diberikan materi dalam bentuk usulan teknis dari tim perencana yang terdiri dari rangkaian tadi. Kemudian kita mulai menurunkan usulan teknis menjadi dokumen teknis, disitu kita mendetailkan lagi teknis setiap program kemudian struktur organisasinya, struktur timnya, kemudian melibatkan siapa saja talent-talent, kemudian manpower, venue, equipment, vendor itu tahapannya selama berbulan-bulan, jelas Awil.
Dalam kesempatan tersebut juga, Awil menyampaikan beberapa tantangan yang dirinya rasakan, dalam menjalankan salah satu gelaran acara olahraga terbesar di Tanah Air di masa pandemi ini.
Tantangan terbesarnya adalah bagaimana kita beradaptasi dengan kondisi di Papua, khususnya dengan segala macam dinamika. Dari mulai bagaimana kita berkomunikasi dengan PB (Panitia Besar) PON, berkomunikasi juga dengan semua stakeholder, sub-sub klaster dari mulai jajaran Ketua Umum, Ketua Harian, Kapolda, Ketua BNPB, Satgas Covid, kemudian para Bupati itu tantangan pertamanya, ungkap Awil.
Selain masalah komunikasi yang perlu dijaga dengan baik, Awil juga menyatakan bahwa tantangan lainnya adalah terkait sumber daya manusia. Dimana dia diharuskan untuk mengedukasi masyarakat Papua yang ikut berpartisipasi menjadi panitia dari PON XX Papua ini.
Yang kedua tantangannya adalah bagaimana kita mengelola manpower, komposisinya adalah 30:70, dimana 30 persen kita bawa orang-orang dari luar Papua, dan 70 persen itu kita harus melibatkan atau memberdayakan sumber daya manusia yang ada di Papua di semua kegiatan dan di semua klaster. Bagaimana kita mengedukasi mereka yang latar belakangnya tidak pernah bekerja di event, sambungnya.
Awil juga menjelaskan terkait kurangnya sumber daya teknis yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan acara. Sehingga dirinya perlu untuk membawa vendor-vendor dari luar Papua untuk dapat mengimplementasikan konsep-konsep acara yang diharapkan.
Banyak keterbatasan-keterbatasan terkait vendor disini, jadi kebanyakan kita bawa dari luar Papua, karena disini memang terbatas juga dari sisi teknis untuk kita implementasikan konsep-konsep kita yang butuh ada idealis, bagaimana kita mencoba untuk membuat sesuatu yang bagus sesuai harapan kita, jelas Awil.
Selain tantangan tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah terkait protokol kesehatan yang juga menjadi perhatian dari seluruh panitia PON XX Papua. Awil mengungkapkan bahwa mereka harus selalu berpatokan kepada standar penyelenggaraan acara terkait kebersihan, kesehatan, keamanan serta lingkungan.
Saat ini kan yang namanya protokol kesehatan jadi sebuah mandatori, di semua wilayah, tidak bisa kita hindarkan. Oleh sebab itu kita selalu berpatokan pada standar penyelenggaraan event, yang memang ada panduan didalamnya terkait dengan cleanliness, healthy, kemudian safety, environment, terus tentunya saling bisa menjaga. Protokol-protokol kesehatan itu kita bangun berdasarkan dengan prosedur yang berlaku di masing-masing wilayah, ungkap Awil.
Awil pun mengungkapkan harapannya dengan diadakan PON XX Papua ini. Dia berharap bahwa jika kondisi pandemi kian membaik, acara-acara akan dapat kembali dilakukan di berbagai kota, dan juga dirinya menyampaikan bahwa adaptasi bukan hanya perlu dilakukan oleh pihak penyelenggara, melainkan juga bagi para penonton dan publik secara umum.
Harapannya kalau ini bisa dilakukan di kota-kota yang memang dalam kondisi sudah membaik, sudah landai, saya pikir ini bisa jadi harapan semua orang untuk kita bisa sama-sama berjalan bersama. Termasuk juga mengedukasi penonton atau publik bahwa adaptasi dalam menonton sebuah event itu sekarang sudah tidak seperti dulu lagi, pungkas Awil.