Setelah 20 Tahun, Festival Sacred Rhythm Reborn Unison Digelar Secara Virtual

Setelah 20 Tahun, Festival Sacred Rhythm Reborn Unison Digelar Secara Virtual

Posted: Jan 22, 2022

-

Mengingat banyaknya peristiwa yang mengkhawatirkan bagi kemanusiaan terjadi karena dampak dari gejala sosio-ekonomi terkini, festival Sacred Rhythm Reborn Unison (SRRU) Homecoming Journey into the Self berupaya untuk memulangkan kembali peran-peran dari komunitas dan masyarakat, di mana sangat terlihat bagaimana bentuk ekonomi saat ini tidak siap dengan hantaman krisis pandemi maupun krisis global warming.

Belum lagi praktik ekonomi saat ini mengikis kesetaraan dan mengesampingkan kepentingan masyarakat minoritas, hanya para elit semata yang diuntungkan dan; belum lagi disrupsi teknologi dan informasi yang berdampak dengan perpecahan dan persoalan lainnya di dalam masyarakat, juga menjadi perhatian kami, tulis keterangan pers dari SRRU yang diterima Eventori.

Kegiatan festival dalam bentuk virtual Sacred Rhythm Reborn Unison - Homecoming Journey into the Self ini hadir sebagai bentuk respons dan solusi alternatif, diharapkan menjadi daya penyembuh dari ketidakstabilan yang nyata.

Dengan mengaktifkan peran berbagai lapisan elemen masyarakat yang berbeda latar belakang, mulai dari musisi atau seniman, para pekerja volunteer, ilmuwan, hingga tokoh spiritual, mempresentasikan keterpaduan dari kesenian, nurani, dan ilmu pengetahuan.

Para partisipan diharapkan dapat membangun kembali rasa saling percaya, mutual trust, di mana sebagai bentuk representasi dari unison, dalam bahasa musik diartikan nada-nada yang berjalan bersamaan, tulisnya.

Bali dipilih menjadi awal pergerakan ini, setelah kejadian krisis moneter pada 1998 yang melanda Indonesia, yang telah direspon di awal kelahiran Festival Sacred Rhythm. Kembali digelar di Pulau Dewata, kali ini, para musisi-musisi dan ilmuwan membuka acara ini dengan pembukaan ritual Hindu, Bali Matur Piuning di Pura Suci Samuan Tiga di Ubud.

Berikutnya, dilanjutkan dengan pertunjukan musik dan juga diskusi oleh para tokoh dari Bali, yaitu Prof. I Bandem, I Nyoman Astita, Marlowe Bandem yang membicarakan tentang kesakralan dan nilai sejarah Pura Samuan Tiga, era kontemporer sejak Gema Eka Dasa Rudra (1979), gradasi ekspresi tari Legong untuk pengarsipan Arsip Bali 1928.

Kemudian, diikuti oleh dari peserta musisi, ilmuwan dan tokoh spiritual dari berbagai macam negara dan kebudayaan sebagai dialog literasi dan musikal antara budaya, intercultural dialog secara virtual.

Kemajuan teknologi khususnya dalam dunia Digital dan virtual diberdayakan untuk menghasilkan dialog dari pertemuan berbagai bentuk budaya di dunia sehingga ada suatu pertukaran ilmu dan berbagi informasi dari pengalaman para peserta.

Kegiatan saling mengisi ini dilakukan bukan untuk kepentingan komersial. Lebih diutamakan untuk kemanusiaan dan juga menciptakan pertemanan global dan perdamaian, di mana sebagai respons dari keabsenan hubungan sosial di saat pandemi, begitu pula praktik ekonomi yang menghasilkan kelumrahan perang dagang yang hanya memposisikan uang untuk kepentingan pribadi sebagai tujuan utama. Praktik pertukaran pengetahuan akan keberagaman kebudayaan akan berguna dan bermanfaat bagi kehidupan manusia secara holistik, tutupnya.

Festival pertunjukan musik virtual ini sudah dimulai sejak 31 Desember 2020 yang dibuka dari para musisi Bali dan dilanjutkan oleh para musisi dari wilayah dan budaya di Indonesia lainnya, serta musisi-musisi global. SRRU Homecoming Journey into the Self berakhir pada 31 Januari 2021.

Beberapa musisi yang hadir adalah Betawi String Section, Aris Daryono, Curah Melodia Mandiri, Gado-Gado EnSambal, Gondrong Gunarto, Houman Pourmehdi, Joel Virgel-Vierset, Amy Knoles, Mojanish Jaju, Nitiish Purohit, Khmer Phleng, Orchestra of Samples, Shiva Feshareki, Colin Alexander, dan lainnya.
 
 
 
 
Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Artis / Talent
SHARE
Recommendation Article