Sutradara Lakukan Eksplorasi Visual di Film The Science of Fictions

Sutradara Lakukan Eksplorasi Visual di Film The Science of Fictions

Posted: Jan 22, 2022

-

Film The Science of Fictions telah tayang di bioskop Tanah Air sejak 10 Desember 2020. Sebelumnya, film tersebut melaksanakan premier dunia di Locarno Film Festival 2019, Swiss. Kemudian, berkeliling ke 15 festival film internasional.

Yosep Anggi Noen selaku sutradara sekaligus penulis film yang diproduksi Angka Fortuna Sinema, Kawan Kawan Media, dan Limaenam Films itu, mengatakan bahwa dia melakukan eksplorasi visual dan penceritaan yang berbeda dari film-film lainnya.

Film The Science of Fictions direkam dengan banyak jenis kamera, yaitu HD, handycam, GoPro, kamera slowspeed, drone dan juga menunjukkan berbagai jenis kamera di layar, termasuk roll film 16 mm. Yosep pun berkolaborasi dengan sinematografer Teoh Gay Hian.

Saya itu tipikal orang yang suka mencoba hal baru. Saya banyak buat film pendek yang beda-beda, ada dokumenter, fiksi. Saya buat film pendek yang eksperimental, hitam putih, ucap Yosep dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/12).

Di film panjang, saya sangat menyukai eksplorasi. Beberapa orang yang nonton film saya berpendapat film itu mirip, tapi kalau dilihat lagi beda. Pada intinya, saya senang bikin film eksperimen visualisasi, sinema jangan kaku. Sinema ini kita harus punya eksplorasi supaya enggak kaku, sambungnya.

Inspirasi Yosep dalam membuat film The Science of Fictions , datang saat dia melihat sebuah lahan yang mirip dengan permukaan bulan di Parangkusumo, Bantul. Lahan bernama Gumuk Pasir itu memikat Yosep secara visual dan lingkungan di sekitar Gumuk juga menarik.

Di sana, ada karaoke murahan, ada lokasi manasik haji, ada lokasi tempat persembahan kepada Ratu Laut Selatan, ada tempat ibadah, bahkan pada waktu-waktu tertentu ada praktik prostitusi terselubung.

"Saat saya menemukan betapa hiruk-pikuknya sebuah tempat tersebut, saya tergelitik untuk mengemas cerita di sana. Saya lalu berangkat dari bulan, bagaimana jika pendaratan manusia di bulan itu ternyata pengambilan gambarnya dilakukan di Gumuk Pasir?, beber Yosep.

Melihat hal tersebut, Yosep menghubungkan dengan konteks politik di Indonesia tahun 60-an, yang sampai saat ini kita tahu bahwa ada ruang gelap sejarah saat perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto, berdarah-darah sekaligus manipulatif.

The Science of Fictions dimulai kisahnya pada 1960-an, di Gumuk Pasir Parangkusumo, Yogyakarta. Siman (Gunawan Maryanto) melihat proses shooting pendaratan manusia di bulan oleh kru asing. Dia tertangkap penjaga dan dipotong lidahnya.

Selama puluhan tahun, Siman bergerak pelan menirukan gerakan astronot di luar angkasa untuk membuktikan kebenaran pengalamannya. Siman dianggap gila.

Selain Gunawan, film tersebut dibintangi oleh Ecky Lamoh, Yudi Ahmad Tajudin, Lukman Sardi, Rusini, Asmara Abigail, Alex Suhendra, dan Marissa Anita.

Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article