Swargaloka Art Department pertama kali didirikan oleh Suryandoro dan Dewi Sulastri di Yogyakarta pada 17 Juni 1993. Tujuan didirikannya Swargaloka adalah untuk mewadahi kreativitas dan menciptakan lapangan kerja untuk para seniman.
Berbagai kegiatan yang dilakukan saat di Yogyakarta selama kurun waktu 1993 hingga 1997 diantaranya adalah pementasan Sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Pada 1997, Swargaloka pindah domisili ke Jakarta.
Di Jakarta, Swargaloka mengembangkan diri di bidang pendidikan, pelatihan, pelestarian budaya, dan pementasan. Pada 1998, Swargaloka mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.
Pada 2002, Swargaloka Art Department mendirikan Yayasan Swargaloka sebagai payung hukum dalam melakukan berbagai aktivitas kesenian. Berbagai karya baru tercipta dan banyak pementasan terselenggara baik di dalam maupun di luar negeri.
Beberapa pentas yang diselenggarakan di luar negeri di antaranya adalah Indonesia Night di India pada 2008, Changshu International Folklore Festival pada 2015, dan Pameran Indonesia Wellington pada 2016.
Hingga 2016, tercatat lebih dari 100 kegiatan yang diselenggarakan oleh Swargaloka. Kegiatan unggulan yang dimiliki oleh Swargaloka adalah The Indonesian Opera Drayang Swargaloka, Festival Tari Kreasi Nusantara (FTKN), dan 17 Berbagi Lewat Seni.
�Wayang orang saat ini hanya dinikmati oleh sebagian besar yang berumur lebih dari setengah abad sebagai bagian dari mengenang masa lalu,� tutur Fajar selaku Marketing Communications Swargaloka kepada Eventori, Kamis (11/2).
�Saat ini, Swargaloka mengemas wayang orang sebagai sebuah industri yang menyasar ke anak muda di metropolitan. Meninggalkan segmentasi usia tua dan suku Jawa menjadi muda dan mendunia sebagai tuntutan sebuah industri hiburan,� sambungnya.
Sementara itu, beberapa pentas yang paling membanggakan menurut Swargaloka adalah saat membawakan tari kolosal �Indonesia Jaya� pada saat upacara pengibaran bendera pada 17 Agustus 2017 di Istana Negara, drama musikal �Indonesia Jaya� pada 25 November 2017 di Kasablanka Hall dengan menghadirkan Kikan dan Candil, serta The Indonesian Opera Drayang Swargaloka �Sang Penjaga Hati� sebuah terobosan gaya baru pertunjukan wayang orang ala broadway pada 17 Juni 2019.
Pada 2021, Swargaloka akan melakukan beberapa kegiatan seperti lomba tari Ksatria, sebuah ajang lomba tingkat internasional melalui video tari dan melakukan pagelaran trilogi The Indonesian Opera Drayang Swargaloka pada Maret, Juni, Oktober.
Sampai saat ini, Swargaloka memiliki lebih dari 80 anggota yang berasal dari berbagai kelompok umur. Swargaloka pun punya cara tersendiri dalam membangun kekompakan antar anggota.
�Kami memberlakukan bukan sekedar berlatih tentang tari, tapi lebih dari itu bahwa Swargaloka sebuah keluarga,� ungkap Fajar.
Setelah menyelenggarakan berbagai pentas, masih ada yang ingin diraih oleh Swargaloka. Salah satunya adalah menjadikan opera yang mereka selenggarakan sebagai opera terbaik.
�Cita cita besar Swargaloka yang ingin diwujudkan adalah menjadikan The Indonesian Opera Drayang Swargaloka sebagai opera terbaik dunia. Mempunyai ajang pencarian bakat tingkat nasional yang mencari koreografer dan penari dari seluruh penjuru negeri, dengan balutan industri media populer,� pungkas Fajar.