Teater Poros berdiri pada 1990 di Jakarta, dengan penggagasnya adalah Acep S. Martin. Teater ini bersekretariat di Gelanggang Remaja Planet Senen sekaligus sebagai pusat aktivitas.
''Poros didirikan dengan tujuan menjembatani bakat seni remaja yang berada di Jakarta Pusat, khususnya di kawasan daerah Senen yang pada waktu itu terkenal akan tindak kriminal,'' ucap Acep dalam wawancara dengan Eventori.
Sampai sekarang, jumlah anggota teater Poros berjumlah kurang lebih 50 orang. Untuk yang ingin bergabung dengan teater ini syaratnya mudah, yaitu memiliki kesungguhan untuk belajar dan menggali kesenian, khususnya seni teater.
�Untuk itu, setiap tahunnya diadakan penerimaan anggota baru. Biasanya ada saja yang tidak lulus karena tidak kuat mental, selebihnya seleksi alam,� jelas Acep.
Untuk selalu menjaga kekompakan antar anggota, maka dilakukan kegiatan pertemuan, baik itu pertemuan formal maupun non formal. �Kegiatan formal berupa latihan rutin, sedangkan pertemuan non formal berupa kegiatan yang lebih rileks,� katanya.
Kegiatan yang dilakukan oleh teater yang hampir semua anggotanya generasi millenial ini bermacam-macam. Ada seni teater, sastra, musik, dan lain-lain. Namun, kegiatan utamanya adalah seni teater.
Menurut Acep, beberapa karya dari teater Poros yang menjadi kebanggaan adalah pementasan berjudul Octopus, Topeng, Terdakwa dan Lear Asia (King Lear).
�Karena naskah dan pertunjukan judul tersebut yang membawa Poros sebagai pemenang dalam Festival Teater Jakarta,� ungkap Acep.
Untuk ke depannya, Acep berharap teater Poros bisa menjadi salah satu tonggak perteateran di Indonesia. Kini, dia dan anggota lainnya tengah mempersiapkan pertunjukan baru.
�Kegiatan ke depan sedang menyiapkan pertunjukan teater Coronasia sebagai respons terhadap pandemi COVID-19,� pungkas Acep S. Martin.