Tika Panggabean dikenal sebagai salah satu anggota grup musik Project Pop sekaligus penyiar radio. Rupanya, dia sudah memiliki keinginan untuk menjadi penyiar radio sejak masih berkuliah di Bandung, Jawa Barat.
Awalnya, bukanlah hal yang mudah bagi Tika untuk menjadi seorang penyiar radio. Setelah beberapa kali mendaftar, dia tak diterima. Setelah lulus kuliah, ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan berkarier bersama Project Pop.
Pada 1997, Tika akhirnya bisa meraih impiannya untuk menjadi penyiar radio. Saat itu, dia dipanggil oleh Meuthia Kasim untuk siaran di Hard Rock. Setelah itu, ia menjadi penyiar di radio lainnya mulai dari iRadio hingga Cosmopolitan.
�Acara TV mulai banyak, ada tawaran ini, itu, kemudian, konsentrasinya kebagi. Akhirnya, aku stop dulu siaran radio. 2015, aku dan Udjo dipinang Bahana FM, siaran sampai 2020, kurang lebih 5 tahun 9 bulan, berakhirnya di Desember 2020,� ucap Tika dalam wawancara dengan Eventori, Selasa (23/2).
Kendati demikian, Tika masih menjadi siaran di beberapa radio. �Kalau ada penyiar yang enggak masuk, kebetulan aku waktunya ada, dengan senang hati aku gantikan,� katanya.
Saat siaran, Tika mengaku tak pernah kehabisan kata-kata hingga membuat siaran radio menjadi kosong atau lebih dikenal dengan istilah dead air. Sebab, ada produser yang akan menyiapkan bahan untuk siaran.
�Biasanya, penyiar (program) prime time enggak pernah sendiri, harus berdua, bertiga. Jadi, bahan akan selalu ada. Tapi, gimana cari bahan, ngobrol sama teman penyiar yang menyenangkan, menarik. Sehingga, kita enggak kayak ngobrol sendiri itu penting banget. Penyiar enggak boleh kayak ngobrol sendiri, kita harus gimana caranya obrolan kita enak disimak pendengar, mereka bisa involve,� beber Tika.
Di tengah merebaknya virus corona, Tika dan rekan siarannya, Udjo sempat melakukan siaran dari rumah. Lantas, bagaimana pengalaman mereka saat melakukan hal tersebut?
�Menarik sekali siaran di rumah. Tapi, secanggih apapun siaran di rumah, enggak bisa mengalahkan kenikmatan siaran di studio. Di studio, alat-alatnya sudah lebih canggih, produksi suara lebih sempurna. (Siaran) di rumah terkendala jaringan, suka ada delay. Jadi, secara teknis, siaran di rumah hasilnya tidak sebagus kita siaran di studio. Chemistry dengan penyiar karena kita enggak bertatap muka, kita enggak bisa baca ekspresi, ngobrolnya rebutan karena ada faktor delay,� ungkap Tika.
Setelah puluhan tahun siaran, Tika membagikan tiga hal yang dibutuhkan oleh seseorang yang ingin menjadi penyiar radio. Salah satunya adalah topik yang disampaikan kepada pendengar.
�Siaran radio itu siaran yang didengarkan suaranya. Jadi, kita mengajak pendengar gimana caranya supaya bisa engage sama siaran kita. Misalnya, topik yang kita bawain, obrolan yang kita sampaikan seharusnya adalah sesuatu yang bisa dikonsumsi segmennya atau pendengarnya,� jelas Tika.
Kemudian, seorang penyiar juga harus memiliki personal branding. Selain itu, seorang penyiar juga harus memiliki pengetahuan yang luas.
�Penyiar yang awalnya publik figur yang udah dikenal, ada banyak, termasuk aku. Aku suaranya enggak radio sound, tapi personality sebagai seorang Tika, udah cukup kuat untuk mewakili si radio,� kata Tika.
�Sebagai penyiar, apalagi sekarang zamannya sosial media, kita harus aware sama update berita, sesuatu yang viral itu bisa jadi bahan yang kita bahas di radio,� sambungnya.