Transformasi Ajang Pencarian Bakat di Masa Pandemi

Transformasi Ajang Pencarian Bakat di Masa Pandemi

Posted: Jan 22, 2022

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang membatasi mobolitas manusia dan memaksa semua orang melakukan aktivitasnya di rumah tak menghalangi sejumlah industri hiburan untuk berkreasi. Eventori, salah satunya. Platform kolaborasi industri hiburan terbesar di Indonesia ini menggelar acara kreatif, yang ditujukan untuk mencari bakat-bakat terbaik republik ini, tapi sekaligus juga mendukung pencegahan penyebaran Covid-19. Acara itu bertajuk #DiRumahAjaChallenge. 

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang membatasi mobolitas manusia dan memaksa semua orang melakukan aktivitasnya di rumah tak menghalangi sejumlah industri hiburan untuk berkreasi. Eventori, salah satunya. Platform kolaborasi industri hiburan terbesar di Indonesia ini menggelar acara kreatif, yang ditujukan untuk mencari bakat-bakat terbaik republik ini, tapi sekaligus juga mendukung pencegahan penyebaran Covid-19. Acara itu bertajuk #DiRumahAjaChallenge. 

Bekerjasama dengan Ikatan Manajer Artis Indonesia (IMARINDO), Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PASKI), Universitas Indonesia (UI), dan Lambe Turah, acara ini digelar dengan konsep ajang pencarian bakat yang ditransformasikan ke dalam bentuk digital. Dibuat dalam tiga sesi, dan masing-masing sesi dipilih tiga pemenang, yang tidak hanya mendapat hadiah uang, tetapi juga diorbitkan di pentas dunia hiburan nasional.

Saat ini sudah masuk pada sesi kedua, di mana tantangannya lebih menarik karena peserta diajak berkolaborasi lewat video digital bersama Denny Chasmala, komposer dan arranger di balik sejumlah lagu hits di belantika musik Indonesia. Sebut saja ''Pilihlah Aku'' dari Krisdayanti dan ''Berharap Tak Berpisah'' dari Reza Artamevia lagu lama yang hits kembali di kalangan milenial, dan masih banyak lagi. Denny juga orang di balik kesuksesan sejumlah soundtrack sinetron menjadi hits, seperti pada sinetron Si Cecep yang mengantarkan Anjasmara ke puncak kemasyhuran.

Yang istimewa dari ajang ini adalah ia merupakan salah satu ajang pencarian bakat yang memanfaatkan kemajuan teknologi seperti platform media sosial dan Youtube sebagai sarana. Hal ini merupakan bentuk transformasi baru dari ajang pencarian bakat yang sebelumnya digelar di panggung dan disiarkan di televisi. Di Indonesia, salah satu yang menjadi pioner digitalisasi ajang pencarian bakat ini adalah Indonesia Idol. Ajang ini termasuk yang berani dan berhasil mentransformasi program TV dengan program digital melalui kanal YouTube. Transformasi di sini maksudnya bukan hanya mengunggah rekaman program TV ke YouTube, melainkan menjadikan YouTube bagian dari program tersebut.

Ajang Pencarian Bakat di TV

Sebelum mengalami transformasi ke bentuk digital, ajang pencarian bakat identik dengan ajang pencarian bakat di TV. Ajang di TV ini pertama kali adalah transformasi dari Bintang Radio yang disiarkan Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada 1974. Ajang ini bertahan cukup lama, tentu karena media milik pemerintah memang lagi jaya-jayanya waktu itu.

Ajang ini berjalan cukup lama dan melahirkan bintang-bintang pada zamannya, seperti Eddy Silitonga, Andi Meriem Mattalatta, Hetty Koes Endang, dan masih banyak lagi.

Sejak 1973 Indonesia memiliki Festival Lagu Populer Indonesia (yang kadang disebut juga Festival Lagu Populer Nasional) yang terhubung dengan World Popular Song Festival di Jepang yang diselenggarakan oleh Yamaha Music Foundation.

Walau cukup banyak melahirkan hits dalam album-album kompilasi, seperti ''Pergi untuk Kembali'' ciptaan Minggus Tahitoe (1975) atau ''Simfoni yang Indah'', karya Robby L. yang dinyanyikan Bob Tutupoly (1980), ajang ini baru bangkit dan menarik perhatian pada pertengahan 1980-an didukung oleh siaran di TVRI.

Pada era festival inilah Harvey Malaiholo dikukuhkan ''buaya festival'' istilah yang dipelesetkan dari julukan ''buaya keroncong'' kepada kakeknya, Bram Titaley. Festival ini pada 1985 juga menjadi tempat lahirnya lagu abadi ''Burung Camar'' yang menjadi kini melekat pada si cantik Vina Panduwinata. Pada era ini pula, lagu-lagu karya Yovie Widianto mulai terdengar karena masuk 10 besar dalam beberapa kali pelaksanaannya.

Pada era 1990-an layar TV diwarnai oleh ajang pencarian bakat lintas negara Asia Bagus yang tayang sejak 1991 hingga 2000. Bintang Indonesia yang lahir dari ajang ini adalah Krisdayanti dan Rio Febrian. Program ini juga menjadi awal televisi Indonesia menyiarkan program yang diproduksi oleh stasiun TV di luar negeri. Asia Bagus dikreasi oleh Fuji Television, Jepang, dan disiarkan serta diikuti oleh peserta dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Thailand.

Ajang pencarian bakat di TV memasuki babak baru dengan bermunculan program-program waralaba internasional di stasiun-stasiun TV swasta. Diawali oleh Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang tayang perdana Desember 2003. Program ini merupakan adaptasi dari program La Academica dari stasiun Azteca TV, Mexico. Program serupa juga tayang di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.

AFI ini juga merupakan program pertama yang memadukan penilaian juri dan jajak pendapat penonton lewat voting SMS.

Tahun 2004 acara Indonesia Idol mengentak layar kaca. Acara ini merupakan kreasi produser musik Simon Fuller yang terkenal dengan komentar tajamnya di acara American Idol dan belakangan American Got Talent. Di Indonesia, acara ini ditayangkan oleh RCTI dan bertahan hingga sekarang.

Selain dua program tersebut, sejumlah program pernah berseliweran di TV kita. Sebut saja X-Factor Indonesia, masih kreasi Simon Fuller dan waralaba dari rumah produksi Fremantle. Walau hanya bertahan tiga musim dan absen sekitar empat tahun dari musim kedua ke musim terakhirnya pada 2019, ajang ini sempat melahirkan Fathin Sidqia yang masih eksis sampai sekarang.

Di genre musik dangdut kita mengenal D'Academy di Indosiar sebagai ajang pencarian bakat yang dari 2014 hingga 2017. Pada 2018 Indosiar mengubah nama dan formatnya menjadi Liga Dangdut Indosiar yang bertahan sampai sekarang.

Ajang Pencarian Bakat di Radio

Seperti disebutkan di atas, ajang pencarian bakat di TV adalah transformasi dari ajang pencarian bakat yang digelar di radio. Yang tercatat sebagai pelopor adalah Bintang Radio yang diselenggarakan Radio Republik Indonesia (RRI) pertama kali pada 1951. Ya, saat itu media yang tersedia adalah radio. Peluncuran ajang ini bersamaan dengan Hari Radio 11 Desember 1951.

Ajang itu melombakan tiga kategori, yakni keroncong, seriosa, dan hiburan. Jadi, musik pop waktu itu disebut musik hiburan. Penilaian utamanya adalah teknik vokal atau sering disebut golden voice.

Dari ajang ini lahir bintang-bintang seperti Sam Saimun, Bing Slamet, Norma Sanger (yang populer dengan lagu ''Si Gembala Sapi'', dan Waldjinah.

Bintang Radio ini digulirkan lagi oleh RRI sejak 2018 dengan format baru.

Fast forward ke 1977, radio swasta yang digandrungi anak muda Prambors membuat Festival Cipta Lagu Remaja yang pertama pada tahun itu. Festival ini menjadi titik balik musik Indonesia setelah sebelumnya didominasi musik-musik sederhana gaya Koes Plus, Panbers, atau The Mercy's. Lagu-lagu yang beredar saat itu terasa seragam dan monoton dari sisi tema dan musikalitas. Seniman Remy Sylado sampai berseloroh bahwa sebagian besar tema lagu pada saat itu adalah ''mengapa''.

LCLR menjadi titik balik karena menampung corak musikalitas yang lebih beragam. Pada ajang pencarian bakat perdana itu, ada lagu yang ditulis sekelompok anak SMA Negeri 3 Jakarta masuk dalam 10 besar. Siapa anak-anak SMA itu? Fariz RM, Adjie Soetama, Raidy Noor, dan Iman RN, nama-nama yang kelak menjulang di belantika musik Indonesia.

Pada ajang ini pula lagu ''Lilin-Lilin Kecil'' dari James F. Sundah membahana hingga sekarang dengan suara khas Chrisye.

Pada setiap tahun, lagu-lagu yang masuk 10 besar dari pemusik baru atau ''orang biasa'' diaransemen oleh musisi yang terbilang sudah mapan dan di sinilah persilangan musikalitas terjadi. Ada Yockie Suryoprayogo yang membawa pengaruh rock progresif dengan bunyi-bunyi elektronik, ada Addie MS dengan sentuhan musik klasik, dan Abadi Soesman dan Benny Likumahuwa yang meniupkan nuansa jazz.

Ajang ini juga sempat mandeg pada beberapa tahun. Namun, sampai gelarannya yang terakhir pada 1996 LCLR Prambors telah memberi kita sejumlah hits abadi seperti ''Kidung'' karya Chris Manusama yang walau awalnya dinyanyikan Bram ''Pahama'' (1978) namun sekarang malah identik dengan Chrisye, ''Keraguan'' yang dibawakan oleh Trie Utami (1987), atau ''Salahkah Aku'' oleh Titi DJ (1991/1992).

Ajang pencarian bakat atau yang dulu lebih akrab dengan istilah lomba, kontes, atau festival, kerap menjadi pintu masuk menjadi bintang di dunia hiburan. Sebut saja legenda Indonesia, Titiek Puspa. Sebenarnya ia telah tersingkir pada babak awal lomba Bintang Radio tahun 1954. Namun, ia bangkit menjadi bintang setelah menjadi juara Bintang Radio dan Televisi 1974. Konon, karena sehari sebelumnya ia mendapat tanda tangan penyanyi Bing Slamet (ayah Adi Bing Slamet) pada secarik kertas yang terus digenggamnya sampai tidur.

Selain Titiek Puspa, ajang pencarian bakat tercatat melahirkan bintang-bintang seperti Andi Meriem Matalatta , Bintang Radio dan Televisi 1975, Krisdayanti  Asia Bagus 1992, Rio Febrian , Asia Bagus 1997, Judika Indonesian Idol 2005, Bastian Steel , Idola Cilik 2008/2009, dan Fatin Shidqia  X Factor Indonesia 2013.

Dari radio, bertransformasi ke televisi, dan kini bertransformasi ke dalam bentuk digital. Masing-masing transformasi melahirkan konsep yang berbeda-beda. Namun, dari semua konsep itu, sejarah membuktikan, ajang ini berhasil melahirkan bintang-bintang baru di pentas hiburan nasional. Kini, platform kolaborasi industri hiburan terbesar di Indonesia, Eventori, kembali ingin melahirkan bintang lewat ajang ini dengan tajuk #DiRumahAjaChallenge2. Kelebihan dari acara Eventori ini adalah peserta diajak berkolaborasi secara digital bersama komposer bertangan dingin Denny Chasmala. Selain itu, para juara tidak hanya menerima hadiah uang total Rp 30 juta, tapi juga akan didampingi oleh tim talent management Eventori untuk masuk ke industri musik secara profesional.

Seru, kan? Program ini masih berlangsung hingga 15 Mei 2020. Cek syarat dan ketentuannya di IG @eventori.id atau Facebook

Writer: Alvin Iqbal
TAGS:Program Eventori
SHARE
Recommendation Article