Weellee Debigman sudah lebih dari 20 tahun menekuni profesi sebagai seorang voice over talent (VOT). Awalnya, dia belajar menjadi VOT saat diminta untuk menjadi pengisi suara di radio.�
Pria asal Semarang, Jawa Tengah ini memiliki kisah menarik saat menjadi VOT di era digital ini. Menurutnya, di era sekarang menjadi VOT itu jauh lebih mudah.�
"Ketika semua bisa dikerjakan di studio sendiri, tanpa harus datang ke studio recording yang ditunjuk client. Kita macam kerja kayak kerja sama hantu. Self imaginary-nya harus benar-benar jalan, untuk meminimalisir revisi," ucap Weelee dalam wawancara dengan Eventori.
"Padahal zaman dulu, zaman waktu belum se-digital ini, VOT itu pekerjaan yang melelahkan. Lelah di perjalanan menuju studio dan biasanya langsung dapat hasil bagus, tanpa revisi," sambungnya.
Sosok yang menjadi inspirasi bagi Weelee dalam berkarya adalah Phil Cornwell. Baginya, semua hal adalah prestasi yang berbeda-beda.
"Baik buruknya hasil dari sebuah pekerjaan adalah prestasi yang dibangun oleh saya sendiri. Tinggal kemudian bagaimana kita memperlakukan prestasi tersebut. Apakah hanya akan sebagai pajangan? atau diperlakukan sebagai bahan untuk menciptakan prestasi dari kreasi yang lain," tutur Weelee.
Weelee mengaku ingin menjadi sosok yang bisa terus berkarya melalui suaranya, meski kini ia tak lagi muda.
"Saya ingin menjadi sosok VOT yang serba bisa, walaupun sudah menua dari sisi suara. VOT tidak mengenal umur, tapi VOT mengenal karakter. Saya ingin menjadi VOT yang memiliki banyak karakter," pungkas Weelee.