Adanya kemajuan digital sangat mempengaruhi bagaimana kita sebagai manusia dalam banyak hal, salah satunya adalah cara kita menikmati sebuah hiburan, termasuk dengan adanya layanan OTT (Over The Top) atau yang sering kita sebut sebagai layanan menonton film secara streaming.
Walaupun memudahkan kita sebagai konsumen, layanan OTT tetap menjadi perbincangan para pemerhati film. Apakah ini merupakan sebuah anugerah atau justru merupakan ancaman? Maka dari itu Eventori menggali mengenai hal tersebut kepada para penggiat industri perfilman Tanah Air, yaitu Angga Yunanda, Jefri Nichol, dan Reza Rahadian.
Baca Juga : Adriano Qalbi Jelaskan Majelis Lucu Indonesia (MLI) Itu Apa Sih Sebenarnya?
Apa perbedaan produksi antara film OTT dan bioskop?
Menurut Angga, nilai produksi dari film OTT tidak sebesar film-film yang tayang di bioskop, maka menurut dirinya proses shooting yang baik masih dimenangkan oleh film-film bioskop. Walaupun demikian dirinya menyampaikan akan tetap melakukan yang terbaik sebagai aktor, baik pada film OTT maupun bioskop.
“Pastinya untuk sampai saat ini, mau bagaimanapun yang gua alami misalnya untuk production value dan lain-lain itu, pastinya OTT nggak sebesar di bioskop, mulai dari pra-produksi, shooting, hingga selesai, jadi pasti menurut gua untuk proses shooting yang baik masih proses shooting bioskop sih. Tapi gua merasa akan selalu berusaha yang terbaik sih untuk apapun karya yang gua lakukan, mau bioskop atau mungkin layanan streaming, atau OTT,”” jelas Angga.
Jefri menambahkan bahwa baginya, sebagai aktor tidak terdapat perbedaan yang besar selama shooting antara OTT maupun yang tayang di bioskop. Namun, memang dari sisi produksi banyak yang berbeda dan cenderung lebih terbatas.
“Buat akting nggak ada perbedaan sebenarnya, karena approach-nya selalu sama, reading, workshop, terus membiasakan diri. Bedanya paling terasa di production value. pra-produksi yang mungkin jadi lebih sebentar, terus shooting-nya juga terbatas harinya, pemainnya juga dibatasi sesedikit mungkin,” jelas Jefri menyetujui pendapat Angga.
Walaupun demikian, Jefri mewajarkannya karena menurut dirinya secara bisnis pendapatan di bioskop lebih besar, sehingga produser pun berani untuk mengeluarkan anggaran yang lebih besar.
“Kalau buat tayang di bioskop kan, secara bisnis bakal lebih besar juga pendapatannya, makanya produser berani gambling ngasih budget gede buat film bioskop, kalau buat OTT nggak terlalu berani sih kayaknya para produser keluarin budget gede,” sambung Jefri.
Baca Juga : D’Masiv Ajak Fariz RM Bernostalgia Musik Era 80-an, Dalam Lagu Terbarunya
Bagaimana pandangan dari FFI terkait OTT?
Menurut Reza Rahadian, seorang aktor sekaligus Ketua Komite FFI saat ini, mengungkapkan bahwa perubahan adalah hal yang wajar, justru baginya jika kita menolak perubahan maka akan tidak baik untuk perkembangan sebuah zaman kedepannya.
“Perubahan tolak ukur akan selalu terjadi di setiap tahun sih, karena saya selalu percaya bahwa perubahan itu adalah sesuatu yang sangat wajar, justru ketika kita berusaha menunjukan sikap resistensi terhadap perubahan tertentu juga nggak terlalu baik buat perkembangan zamannya,” jelas Reza menjelaskan pandangan dia terhadap adanya perubahan perkembangan zaman dan film berbasis OTT.
Dirinya kemudian menyampaikan bahwa dia menghimbau orang-orang industri perfilman untuk merespon dengan baik, karena menurut Reza kualitas film-film yang tayang di OTT juga bagus, juga dapat menjadi acuan untuk para sineas dalam berkarya dengan lebih baik lagi.
“Jadi direspon dengan sangat baik saja menurut saya, karena kualitasnya juga bagus-bagus itu harus diakui. Ini justru menjadi booster untuk para sineas terus membuat karya yang lebih baik lagi kedepannya,” sambungnya.
Baca Juga : Lirik Lagu “Penantian” Armada???????
Tantangan untuk OTT kedepannya?
Walaupun demikian, Reza masih menyimpan beberapa pertanyaan untuk film-film di OTT ini, apakah strukturnya sudah baik, sudah memiliki dana yang layak untuk para pembuat, dan apakah kualitasnya dapat hadir sesuai yang diharapkan.
“Tetapi tetap saja balik lagi apakah kondisinya sudah betul-betul terstruktur dengan baik? Apakah membuat film untuk OTT, sudah menghadirkan budget yang proper untuk para pembuatnya? Apakah mereka bisa menghadirkan kualitas tontonan atau kualitas cerita tertentu yang diharapkan bisa tayang di bioskop tapi kemudian untuk OTT, bisa punya skema yang sama?” ucap Reza menanyakan kesiapan produksi OTT jika dibandingkan dengan film yang tayang di bioskop.
Namun menurut Reza perbedaan memang selalu ada, melakukan sinergi adalah hal yang penting dilakukan. Ketika teknologi terus berkembang, kreativitas tidak boleh sampai ketinggalan.
“Karena tentu pasti ada perbedaan, menyinergikan ini yang menurut saya sangat penting sekarang, jadi teknologi boleh berkembang dia akan terus mengalami perubahan tetapi kreativitas juga nggak bisa dibendung dengan batasan-batasan perkembangan teknologi,” pungkas Reza.
OTT memang sebuah solusi, terutama di masa pandemi ini, menonton dimana saja dan kapan saja memang menggiurkan, namun pengalaman sinematik dari bioskop memang tidak akan terkalahkan, dan beruntunglah kita yang hidup di zaman keduanya saling beriringan.